Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 05 Juni 2013

Tokoh Filsafat Islam

BAB II
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
        Dalam sejarah dunia filsafat, Yunani merupakan tempat tonggak awal mula munculnya filsafat. Waktu itu pemikiran filsafat mulai tumbuh dan berkemabang di beberapa kota di Yunani.
Pemikiran filosuf masuk ke dalam dunia Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai ahli-ahli pikir Islam di Suria, Mesopotamia, Persia dan Mesir. Budaya dan Filasafat Yunani masuk ke negeri-negeri tersebut dengan adanya ekspansi Alexander yang agung yang dalam bahasa Arab disebut Iskandar Zulkarnain. Ekspansi tersebut terjadi pada abad ke empat sebelum masehi.
       Pada zaman Bani Umayah, karena perhatian lebih dipusatkan terhadap kebudayaan Arab, maka pengaruh kebudayaan Yunani dalam Islam belum kelihatan jelas. Baru setelah pemerintahan Bani Abbasiyah pengaruh kebudayaan Yunani lebih jelas karena pemerintahan waktu itu bukan lagi hanya orang-orang Arab, tetapi juga orang-orang Persia yang banyak berkecimpung  dengan budaya Yunani juga mendapat kedudukan di pemerintahan pusat.
Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah pada mulanya hanya tertarik pada ilmu kedokteran Yunani dengan cara-cara pengobatannya. Kemudian mereka juga tertarik kepada ilmu-ilmu pengetahuan lainnya termasuk filsafat.
      Golongan yang banyak tertarik kepada filsafat Yunani adalah kaum Kaum Mu'tazilah. Pembahasan mereka dalam bidang Teologi banyak diwarnai pemikiran filosufi.
Namun bila dilihat dari sejarah peradaban umat Islam, maka munculnya pemikiran filsafat dalam Islam ini merupakan gejala dari perkembangan keilmuan dalam masyarakat Islam sejak timbulnya agama Islam. Bukanlah agama Islam sejak dini telah memberikan jawaban-jawaban yang tegas dan ringkas mengenai beberapa persoalan metafisika, Tuhan, jiwa dan manusia. Pengetahuan tersebut pada mulanya diterima begitu saja namun kemudian diperluas dan dikembangkan dengan memadukan kebenaran wahyu dan akal rasio.
Maka kemudian munculah para filosuf Islam Arab khususnya dan negeri-negeri Islam pada umumnya, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Rusyd, dan lain-lain.

B.    Rumusan Masalah
       1.    Siapa sajakah Tokoh-tokoh Filsafat dalam dunia Islam beserta karyanya?
C.    Tujuan
       1.    Mengetahui tokoh-tokoh filsafat Islam beserta karyanya.


















BAB II
PEMBAHSAN
A.    Al-Kindi (796-873 M)
       1.    Biografi
              Ia mempunyai nama lengkap Abu Yusuf Ya'qub Khufah. Ia berasal dari keturunan bangsawan Arab dari Kindah di Arab Selatan. Orang tuanya adalah seorang gubernur di Basrah pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun Al-Rasyid.
             Al-Kindi mendapat kedudukan yang tinggi dari Al-Ma'mun Al-Mu'tasim dan anaknya, yaitu Ahmad, bahkan menjadi gurunya. Karena ia berkecimpung dalam lapangan filsafat, maka ia mendapat tantangan yang sengit dari seorang ahli hadis, yaitu Abu Ja'far bin Muhammad Al-Balakhi.
            Al-Kindi mengalami kemajuan pikiran Islam dari penerjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab, bahkan ia termasuk pelopornya. Bermcam-macam ilmu telah dikajinya, terutama filsafaat, dalam suasana yang penuh pertentangan agama dan mazhab, dan yang dibanjiri oleh paham golongan Mu'tazilah serta ajaran-ajaran Syi'ah.
Jumlah larangan yang sebenarnya sukar ditentukan karena dua sebab :
            a.    Penulis-penulis biografi tidak sepakat penuturannya tentang jumlah karangannya tersebut. Ibnun- Nadim dan Al-Qafti menyebut 238 risalah, dan Sha'id Al-Andalusi menyebutnya 50 buah risalah.
            b.    Karangan-karangan yang sampai kepada kita ada yang memuat karangan-karangan yang lain.
        2.    Filsafat dan Karya-karya Al-Kindi
        Al-Kindi berusaha meninjau filsafat dari dalam dan dari luar dengan maksud supaya dapat memberikan pengertian filsafat secara benar.
      Ia mengatakan bahwa filsafat ialah ilmu tentang hakikat (kenbenaran), sesuatu menurut kesanggupan manusia, ilmu ketuhanan, ilmu keesaan (Wahdaniah), ilmu keutamaan (Fadillah), ilmu tentang semua yang berguna dan cara memperolehnya serta cara menjauhi perkara-perkara yang merugika. Menurutnya tujuan seorang filosuf bersifat teori, yaitu mengetahui kebenaran dan bersifat amalan, yaitu mewujudkan keberanan tersebut dalam tindakan. Semakin dekat kepada kebenaran semakin dekat pula kepada kesempurnaan.
Menurutnya filsafat adalah ilmu mulia yang tidak bisa ditinggalkan oleh setiap orang orang berpikir. Pendangan ini diberikan untuk menerangi mereka yang menentang filsafat dan menganggapnya sebagai ilmu kafir atau menyiapkan jalan kepada kekafiran.
Lebih lanjut ia menyatakan bahwa antara filsafat dan agama tidak ada pertentangan. Ilmu tauhid atau Teologi adalah cabang termulia dari filsafat. Filsafat membahas kebenaran atau hakikat. Kalau ada hakikat-hakikat mesti  ada hakikat pertama (Al-Haqq Al-Awwal).
Hakikat pertama itu adalah Tuhan. Al-Kindi juga membicarakan soal jiwa (Al-nafs,Soul) dan akal. Jika manusia mempunyai tiga daya, daya bernafsu yang berpusat di kepala. Daya berfikir inilah yang disebut akal. Dalam pemikiran filosufisnya Al-Kindi banyak dipengaruhi oleh Aristoteles, Plato, neo-Plationisme. Ia merupakan orang pertama pengikut Aristoteles dari dunia Arab.
Diantara hasil karanya yang terkenal adalah Hallmuth Ritter yakni berupa risalah-risalah sebanak 29 buah yang membicarakan tentang keesaan Tuhan, akali, jiwa, dan lain sebagainya. Sebenarnya karya beliau cukup banyak ada yang menyebutkan 238 buah risalah yang pada umumnya berupa bahasan ringaks dan tidak mendalam.

B.    Al-Farabi (870-950 M)
        1.    Biografi
     Nama lengkap Al-Farabi ialah, Abu Nashr Muhammad bin Muhammad bin Tharkham Al-Farabbi. Sebutan Al-Farabi diambil dari nama kampung kelahirannya Al-Farabi.
Ayahnya adalah seorang Iran dan menikah dengan wanita Turkestan. Oleh karena itu, Al-Farabi disebut keturunan Turkestan. Oleh karena itu, Al-Farabi disebut keturunan Turkestan dan kadang-kadang juga disebut keturunan Iran.
     Sejak kecil Al-Farabi suka belajar, dan ia mempunyai kecakapan luar biasa dalam bidang bahasa. Bahasa yang disukainya antara lain bahasa Iran, Turkestan dan Kurdistan. Nampaknya ia tidak mengenal bahasa Yunani dan Suryani, yaitu bahasa-bahasa ilmu pengetahuan dan filsaft pada waktu itu.
Setelah besar, Al-Farabi meninggalkan negerinya untuk menuju kota Baghdad, pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan pada masanya, untuk belajar antara lain pada Abu Bisyr bin Mattius. Selama berada di Baghdad Ia memusatkan perhatiannya kepada ilmu logika.
Pada tahun 330 H (941) ia pindah ke Damsyik, dan di sana ia mendapat kedudukan yang baik dari Saifudaulah, khalifah dinasti Hamdin di Halab (Aleppo), sehingga ia diajak turut serta dalam suatu pertempuran untuk merebut kota Damsyik. Kemudian ia menetap di kota itu sampai wafatnya tahun 337 (950 M)
      2.    Filsafat dan Karya-karya Al-Farabi
     Al-Farabi mempunyai pengetahuan yang luas. Ia mendalami ilmu-ilmu yang ada pada masanya termasuk filsafat. Ia mendefinisikan filsafaat sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnya dari segala yang ada (Al-Ilmu Maujudaat baina Hia Al-Maujudaat).
Filsafat Al-Farabi yang terkenal adalah filsafat emanasi. Dalam filsafat emansi ini ia menerangkan bahwa segala yang ada memancar dari zat Tuhan melalui akal-akal yang berjumlah sepuluh. Alam materi dikontrol oleh akl yang sepuluh itu. Ia juga membahas soal jiwa dan akal manusia. Akal menurut pemikirannya mempunyai tiga tingkat, Al-Hayulani (materi) Bi Al-Fi'l (Aktuil) dan Al-Mustafad (Adeptus, Aquired). Akal pada tingkat terakhir inilah yang dapat menerima pancaran yang dikirimkan Tuha melalui akal-akal tersebut.
Pokok filsafat Al-Farabi ialah autokrasi dengan seorang raja yang berkuasa mutlak mengatur negara. Disini nyata teori kenegaraannya itu paralel dengan filsafat metafisikanya tentang kejadian alam. Hubungan dunia dengan Tuhan itu dapat menjadi teladan bagi hubungan antara masyarakat dengan raja. Menurut Al-Farabi, negara yang utama (Al-Madinatil-Fadlilah) ialah kota (negara) yang warga-warganya tersusun menurut susunan alam besar (makro kosmos) atau menurut susunan alam kecil (mikro kosmos). Di dalam negara yang terpenting adalah kepala negara. Dimisalkannya dengan hati, yaitu yang terpenting di dalam diri manusia. Karena hati adalah unsur badan manusia yang paling sempurna, maka kepala negara juga haruslah dipilih orang yang paling sempurna dari semua warga negara.
Dalam bukunya itu Al-Farabi membahas perbedaan antara Filsafat Plato dan Aristoteles ke dalam tiga persoalan :
      a.    Apakah dalam karangan Aristoteles itu terdapat pertentangan (Contradiction) dalam dirinya?
     b.    Apakah pendapat-pendapat yang dikatakan orang pendapat Aristoteles itu sebenarnya pendapat orang lain?
     c.    Apakah pertentangan Plato dan Aristoteles itu sungguh-sungguh merupakan pertentangan mutlak yang tidak mungkin disesuaikan lagi
     Persoalan pertama dijawab oleh Al-Farabi bahwa tidak mungkin pada seseorang yang amat pandai seperti Aristoteles terdapat pertentangan dalam dirinya sendiri.
Persoalan kedua dijawab oleh Al-Farabi bahwa kemungkinan pendapat yang diuraikan itu bukanlah pendapat Aristoteles jauh sekali, sebab bagaimanapun filsafat Aristoteles sudah cukup termahsyur di kalangan orang banyak.
Persoalan ketiga dijawab oleh Al-Farabi bahwa pertentangan yang ada antara Plato dan Aristoteles itu janganlah dianggap sebagi pertentangan yang mutlak dan prinsipil, tetapi haruslah dianggap sebagi pertentangan yang relatif dan hanya dalam persoalan rincian saja.

             Diantara karangan  Al-Farabi ialah :
a.    Aghradhu Ma Ba'da At-Thabi'iah
b.    Al-Jam'u baina Ra-Jai Al-Hakimaini (mempertemukan pendapat kedua filosuf, maksudnya Plato dan Aristoteles)
c.    Tahsil As-Sa'adah (mencari kebahagiaan)
d.    'Ujunul-Masail (Pokok-pokok persoalan)
e.    Ara-u Ahjil-Madinah Al-Fadhilah (Pikiran-pikiran penduduk kota Utama= Negeri Utama)
f.    Ih-Sa'u Al-Ulum (Statistik Ilmu)

C.    Ibnu Sina (980-1037 M)
1.    Biografi
Nama Lengkap Ibnu Sina  ialah Abu Ali Husain Ibnu Abdillah Ibnu Sina. Di Barat lebih dikenal dengan nama Avicenna. Bangsa Turki, Arab, dan Persia mengakui bahwa Ibnu Sina berkebangsaan mereka. Ia dilahirkan pada tahun 980 M di Bukhara. Ibunya memang berkebangsaan Turki sedang ayahnya mungkin berkebangsaan peranakan Arab-Persia atau Turki.
Selain dikemla sebagi ahli bidang filsafat, ia juga dikenal sebagi ahli kedokteran. Dalam bidang filsafat ia menulis dalam bukuny Al-Syifa' yang memuat 4 bagian : logika, ilmu alam, ilmu pasti dan ketuhanan. Di bidan kedokteran ia menulis bukunya yang berjudul Al-Qonun yag meliputi semua yang bertalian dengan ilmu kedokteran, fisiologi, anatomi, dan pengobatan.
2.    Filsafat dan Karya-karya Ibnu Sina
Sebagai filosuf ia berusaha mendekatkan jarak antara teori filsafat dan dali agama. Menurutnya bahwa banyak dari hasil pemikiran filsafat yang Al-Aqlu (Akal). Ia memikirkan diri-Nya lalu memikirkan sesuatu di luar dirinya menyebabkan timbulnya akal lain dinamakan Akal Pertama (Al-Aqlul Awwal). Akal pertama ini berpikir pula dan mengelurkan akal kedua dan seterusnya.
Dalam mengklasifiksikan segala yang ada, Ibnu Sina menggunakan cara yang sering digunakan cara yang sering dipakai oleh golongan Mutakallimin, yaitu bahwa segala yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua :
a.    Yang wajib adanya (Wajibul Wujud)
b.    Yang mungkin adanya (Mukminul Wujud)
Yang dimaksud ialah sesuatu yang tidak dapat digambarkan tidak adanya. Sedangkan yang dimaksud dengan yang mungkin ialah yang terbayang adanya di samping terbayang pula tidak adanya. Wajib itu terbagi dua lagi, Wajib Bidzatihi (Wajib dengan zatnya) Wajib bi-dzatihi ini hanya khusus mengenal tuhan saja
Meskipun Ibnu Sina sebagai orang yang sibuk dalam banyak urusan politik, namun ia berhasil menyusun beberapa buku. Diantara buku-buku karangannya ialah :
a.    Asy-Syifa, yakni buku filsafat yang berisi empat bagian; logika, fisika, matematika, dan metafisika
b.    An-Najat, yakni ringkasan buku Asy-Syifa
c.    Al-Isyarat wat Tanbikat (tentang logika dan tasawuf)
d.    Al-Qanun (Canon of Medicine) yakni berisi tentang ilmu-ilmu kedokteran.

D.    Al-Ghazali (1058-1111 M )
1.    Biografi
Nama lengkapnya ialah Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali, mendapat gelar Hujatul-Islam. Ia lahir tahun 1050 M di Tus, suatu kota kecil di Khurasan (Iran). Nama Al-Ghazali kadang-kadang diucapkan Al-Ghazzali (dua Z). Kata ini berasal dari Ghazzal, artinya tukang pintal benang, karena pekerjaan ayah Al-Ghazali adalah memintal benang wol. Sedangkan Al-Ghazali dengan satu z, diambil dari kata Ghazalah, nama kampung Al-Ghazali. Yang terakhir inilah yang banyak dipakai.
2.    Filsafat dan Karya Al-Ghazali
Setelah mempelajari beberapa filsafat baik dari filsafat Yunani maupun Islam, Al-Ghazali mendapatkan argumen-argumen yang mereka ajukan ternyata tidak kuat bahkan banyak yang bertentangan dengan ajaran islam.
Al-Ghazali yang terkenal dengan sebutan Hujjatul Islam telah banyak menyusun buku yang meliputi berbagai lapangan ilmu seperti :
a.    Ihya 'Ulumuddin
b.    Tahafutul Falasifah
c.    Kowaid Al-Aqaid
d.    Misykatul  Anwar
e.    Al-Munqids Minad-Dalal dan lain sebagainya.
E.    Ibnu Rusyd (1126-1198 M)
1.    Biografi
Nama lengkap Ibnu Rusyd ialah Abul Walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd. Ia lahir pada tahun 1126 M di Cordova dari kalangan keluarga ahli hukum. Nenek dan orang tuanya mempunyai kedudukan Hakim Agung. Di masa mudanya Ibnu Rusyd belajar  Teologi Islam, hukum Islam, ilmu Keodkteran, matematika, astronomi, sastra dan filsafat. Pada tahun 1169 M. Ia diangkat menjadi hakim di Seville dan pada tahun 1182 M hakim di Cordova.
2.    Filsafat dan Karya Ibnu Rusyd
Menurut Ibnu Rusyd tugas filsafat ialah tidak lain dari berpikir tentang wujud untuk mengetahui pencipta semua yag ada ini. Dan Al-Qur'an, menyurh supaya manusia berpikir tentang wujud dan alam sekitarnya untuk mengetahui Tuhan. Dengan demikian Tuhan sebenarnya menyuruh manusia supaya berfikir tentang wujud dan alam sekitarnya untuk mengetahui Tuhan. Dengan demikian Tuhan sebenarnya menyuruh manusia supaya berfilsafat. Oleh karena itu ia berpendapat bahwa berfilsafat wajib atau sekurang-kurangnya sunat. Kalau pendapat akal bertentangan dengan wahyu, demikian pendapat Ibnu Rusyd, teks wahyu harus diberi interpretasi begitu rupa sehingga sesuai dengan pendapat akal.
Ibnu Rusyd banyak mengarang buku tetapi asli berbahasa Arab sulit ditemukan lagi. Sebagian dalam buku-bukunya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Yahudi.
Diantara karangan-karangannya dalam soal filsafat ialah :
a.    Tahafutul-Tahafut
b.    Risalah Fi Ta'alluqi 'ilmillah 'an Adami Ta'alluqihi bil-Juziyat
c.    Tafsir ma Ba'dath-Thabiat
d.    Risalah Fil-Aqli wal-ma'quili



?
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan materi tentang tokoh filsafat Islam maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.    Alkindi, mengatakan bahwa filsafat ialah ilmu tentang hakikat (kenbenaran), sesuatu menurut kesanggupan manusia, ilmu ketuhanan, ilmu keesaan (Wahdaniah), ilmu keutamaan (Fadillah), ilmu tentang semua yang berguna dan cara memperolehnya serta cara menjauhi perkara-perkara yang merugika.
2.    Al-Farabi ia mendefinisikan filsafaat sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnya dari segala yang ada (Al-Ilmu Maujudaat baina Hia Al-Maujudaat).
3.    Ibnu Sina, menurutnya bahwa banyak dari hasil pemikiran filsafat yang Al-Aqlu (Akal). Ia memikirkan diri-Nya lalu memikirkan sesuatu di luar dirinya menyebabkan timbulnya akal lain dinamakan Akal Pertama (Al-Aqlul Awwal). Akal pertama ini berpikir pula dan mengelurkan akal kedua dan seterusnya.
4.    Al-Ghazali yang terkenal dengan sebutan Hujjatul Islam telah banyak menyusun buku yang meliputi berbagai lapangan ilmu seperti :
a.    Ihya 'Ulumuddin
b.    Tahafutul Falasifah
c.    Kowaid Al-Aqaid
d.    Misykatul  Anwar
e.    Al-Munqids Minad-Dalal dan lain sebagainya.
5.    Menurut Ibnu Rusyd tugas filsafat ialah tidak lain dari berpikir tentang wujud untuk mengetahui pencipta semua yag ada ini. Dan Al-Qur'an, menyurh supaya manusia berpikir tentang wujud dan alam sekitarnya untuk mengetahui Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, Pustaka Setia, Bandung, cet-ke II, 2004.

0 komentar:

Posting Komentar