BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang Masalah
Pembahasan Ilmu Akhlak adalah membahas
tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan
tersebut tergolong perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk. Dari
pengertian akhlak diatas, kami melatar belakangi mengapa kami mengkaji tentang
akhlak, karena akhlak sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari yang
akan memberikan pedoman kepada setiap orang dalam berprilaku. Fenomena yang
kita alami sekarang ini, kemerosotan akhlak dikalangan remaja sudah tidak bisa
terbendung, dikalangan dewasa makin meraja rela. Faktor yang menyebabkan hal
itu adalah, kemajuan IPTEK yang tidak diimbangi dengan selektif dalam memilih mana yang pantas diserap dan tidak. Maka
dari itu, kami sebagai mahasiswa tidak ingin bangsa ini terus dalam kemerosotan
dekadensi moral yang semakin terpuruk, jalan yang terbaik adalah kita belajar
sejak dini mempelajari ilmu agama secara kaffah karena didalam agama sudah
tertera rambu-rambu Allah untuk manusia. Sejak dinilah kita mulai untuk
memperbaiki akhlak-akhlak yang bobrok tadi dengan mencontoh uswah nabi Muhammad
Saw. Semoga makalah yang kami susun ini dapat memberikan manfaat amiin.
2. Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang di atas, kami simpulkan latar belakang itu dalam sebuah
pertanyaan.
1.
Mengapa kita perlu mempelajari
ilmu akhlak?
3. Tujuan
1. Tujuannya
adalah agar kita dapat mencotoh akhlaknya Allah dan RasullNya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ilmu Akhlak
1. Definisi
Akhlak Menurut Linguistik (kebahasaan)
Definisi
akhlak dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim
masdar (bentuk infinitif) dari kata ahklaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan
timbangan (wajan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu, if’alan yang berarti
Al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, thabi’at, watak dasar), al-‘adadt
(kebiasan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).[1]
2.
Definisi
Akhlak Menurut Terminologik (peristilahan)
Definisi
akhlak menurut terminonologik dari pendapat Ibnu Shadaruddin Asy Syarwan adalah
ilmu tentang perbuatan-perbuatan mulia serta cara memiliki perbuatan tersebut
agar menghiasi diri, dan ilmu tentang perbuatan-perbuatan buruk serta cara
menjauhinya agar diri bersih darinya. Rasulullah Saw bersabada.:[2]
“ Orang mukmin yang
paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. “
3.
Definisi
Akhlak Menurut Bahasa Arab
Definisi
akhlak dalam bahasa Arab merupakan jama’ dari khuluq yang mengandung beberapa arti, diantaranya:
a. Tabiat,
yaitu sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia tanpa dikehendaki dan tanpa
diupayakan.
b. Adat,
yaitu sifat dalam diri yang diupayakan manusia melalui latihan, yakni berdasarkan
keinginannya
c. Watak,
cakupannya meliputi hal-hal yang menjadi tabiat dan hal-hal yang diupayakan
hingga menjadi adat. Kata akhlak juga bias berarti kesopanan dan agama.
4.
Definisi
Akhlak Menurut Para Ulama dan Filosof
Definisi akhlak menurut para ulama dan filosof
dibagi menjadi tiga:
a.
Ilmu
kebaikan dan keburukan;
Sebagian ulama mendefinisikan ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang
kebaikan, keburukan, yang pantas dan yang tidak pantas. Melalui ilmu ini bisa
dibedakan perbuatan tersebut baik atau jelek.
b.
Ilmu
manusia; Maksudnya adalah ilmu
yang membahas tentang perbuatan manusia.
c.
Ilmu
tentang kewajiban; Maksudnya
akhlak itu menunjukkan manusia kepada apa-apa yang harus ia tinggalkan. Yakni
segala sesuatu yang perlu ia lakukan dan segala sesuatu yang perlu ia jauhi
agar selamat dari siksa Rabbnya.
B.
Pembagian
Ilmu Akhlak
Para ulama akhlak, baik dulu maupun sekarang membagi
ilmu akhlak menjadi dua bagian yakni aspek teoritis dan aspek pragmatis.
1.
Aspek
Teorotis
Aspek ini memfokuskan bahasan pada hakikat kebaikan
dan keburukan, menciptakan kaidah-kaidah akhlak dan ukuran-ukuran perbuatan
atau tindakan. Kemudian membahas tentang hakikat dan bentuk perasaan manusia,
memberikan batasan tujuan akhir hidup manusia dan menjelaskan harapan yang
selalu didengungkannya berupa kebahagiaan berikut semua permasalahannya.[3]
2.
Aspek
Praktis
Aspek ini mengawasi praktek aspek teoritis dalam
kehidupan nyata secara pribadi maupun masyarakat. Tujuannya agar dapat
memutuskan apakah suatu perbuatan sesuai dengan kaidah-kaidah atau tidak?
Sesuai dengan makna hak dan kewajiban atau tidak? Atau sesuai dengan ukuran
akhlak atau tidak? Semua ini tentunya sudah dikaitkan dengan kepentingan
pribadi dan masyarakat.
C.
Objek
Ilmu Akhlak
Objek ilmu akhlak adalah tindakan-tindakan manusia,
yakni yang muncul dari pikiran dan pertimbangan. Dengan kata lain objeknya
adalah sejumlah tindakan yang menggambarkan kepada kita akhlak terpuji dan
memberi batasan tujuan-tujuan mulianya. Ada pula yang berpendapat, objek ilmu
ini adalah tentang jenis-jenis tabiat yang baik, yang mesti kita miliki,
seperti ikhlas, jujur, menjaga kehormatan dan lain-lain.[4]
Sophin Hower mengatakan, Manusia dilahirkan sebagai orang-orang baik dan orang-orang
jahat.
Firman Allah Swt.:
$ygyJolù;r'sù $yduqègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ
“ Dan jiwa serta penyempurnaanya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaan. ” (QS. Asy Syams [91]: 8)
D.
Faktor
Pembentuk Akhlak
Ada beberapa faktor pembentuk akhlak, yang
terpenting diantaranya:
1.
Adat atau
kebiasaan. Akhlak itu dibentuk melalui praktek, kebiasaan, banyak mengulangi
perbuatan dan terus-menerus pada perbuatan itu.seseorang misalnya belum disebut
pemberani jika beraninya hanya muncul sewaktu-waktu. Platon mengatakan,bahwa
yang baik itu belum bisa dicapai jika mengerjakannya sekali saja.[5]
2.
Sifat
keturunan. Yaitu berpindahnya sifat-sifat orang tua kepada anak cucu. Sifat
keturunan ini bukan yang tampak saja, tetapi juga yang tidak tampak seperti kecerdasan,
keberanian, kedermawanan dan lain-lain.
3.
Lingkungan.
Yang dimaksud adalah lingkungan masyarakat yang mengitari kehidupan seseorang dari
rumah, lembaga pendidikan, hingga tempat bekerja. Demikian pula hal-hal yang
berupa kebudayaan dan nasihat-nasihat sekitarnya. Cukuplah menjadi dalil atas
pengaruh lingkungan terhadap kehidupan dan akhlak manusia, yaitu sabda Rasul
Saw.:
“ Setiap bayi yang dilahirkan adalah fitrah (suci), kemudian ibu
bapaknya yang meyahudikan,
menasranikan, memajusikannya. ”
E.
Fase
Terjadinya Akhlak
Fase terjadinya akhlak diantaranya:
1.
Ide, yaitu kata hati atas suatu kecenderungan.Kecenderungan, yaitu tertujunya seseorang kepada salah satu ide
yang tergambar dalam hati dan ingin mencapai tujuan dari ide tersebut.
2.
Harapan, yaitu menangnya salah satu kecenderungan atas
semua kecenderungan dalam hati seseorang.
3.
Keinginan, yaitu sifat diri yang telah membulatkan tekad
terhadap salah satu harapan diatas untuk dapat dibuktikan.
4.
Adat, keinginan yang berulang-ulang dan lahir dari
keadaan bagian dalam. Adat inilah yang disebut akhlak.[6]
F.
Istilah-istilah
Akhlak dalam Al- Quran dan Sunnah
Istilah-istilah tersebut diantaranya:
1.
Akhlak
Adil
Akhlak adil adalah sifat yang mendasar, karena adil
itu merupakan perintah Allah
* ¨bÎ) ©!$# ããBù't ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGÎ)ur Ï 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# Ìx6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏèt öNà6¯=yès9 crã©.xs? ÇÒÉÈ
“ Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil, berbuat kebajikan,
dan memberi kepada kaum kerabat. ” (QS. An Nahl [61]: 90)
Adil itu banyak bentuknya, antara lain:
a.
Adil kepada Allah; Tidak menyekutukan-Nya dengan apapun dalam ibadah
dan sifat-sifat-Nya, menaati dan tidak maksiat kepada-Nya, mengingat dan tidak
melupakan-Nya, dan bersyukur serta tidak ingkar kepada-Nya.
b.
Adil dalam menghukum setiap orang; Memberikan setiap hak kepada pemiliknya.
c.
Adil kepada para istri dan
anak-anak; Tidak condong kepada
salah seorang mereka atau kepada sebagian anak.
d.
Adil dalam berkata; Tidak bersaksi palsu dan tidak berkata dusta atau
kotor.
e.
Adil dalam itikad; Tidak meyakini selain yang benar dan tidak
menyanjung sesuatu diluar fakta yang sebenarnya.[7]
2.
Akhlak
Ihsan
Ihsan (berbuat baik) adalah ikhlas dalam beramal dan
melaksanakan amal itu sebaik-baiknya tanpa diiringi riya atau sum’ah, (sum’ah:
ingin kedengaran orang lain dalam beramal.[8]
Seorang muslim tidak memandang ihsan sebagaiakhlak
terpuji saja, tetapi juga bagian dari akidahnya dan factor penting dalam islam.
Sebab tingkatan agama itu ada tiga; Iman, Islam, dan Ihsan. Sabada Rasulullah
Saw.:
“ Beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau
tidak melihatnya, sesungguhnya Dia melihatmu. “
3.
Akhlak
Kasih Sayang
Kasih sayang
merupakan akhlak terpuji yang melembutkan akhlak tercela, berusaha
menghilangkannya dan menyesali kesalahan-kesalahannya. Kasih saying itu
merupakan sifat Allah SWT dan salah satu asma-ul husna-Nya. Allah SWT
itu adalah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sebab kasih saying-Nya
meliputi semua makhluk dan semua kerajaan-Nya.
Kasih sayang adalah kelembutan dalam hati yang
dihubungkan dengan rasa sakit ketika terasa oleh indra. Atau kasih sayang
adalah mendampingi teman diwaktu suka dan duka. Allah Swt berfirman.:
¢OèO tb%x. z`ÏB tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#öq|¹#uqs?ur Îö9¢Á9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur ÏpuHxqöuKø9$$Î/ ÇÊÐÈ y7Í´¯»s9'ré& Ü=»ptõ¾r& ÏpuZyJøpRùQ$# ÇÊÑÈ
“ Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang
beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih
saying. Mereka orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu adalah golongan
kanan. “ (QS. Al Balad [90]: 17,18)
Barangsiapa
yang membiasakan untuk saling mengasihi maka dia dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Islam berpesan agar berkasih sayang secara menyeluruh, yakni kasih sayang yang meliputi
manusia, kehidupan didarat dan kehidupan di udara. Orang yang pertama kali
harus disayangi adalah orangtua, kemudian keluarga dan anak-anak, setelah itu
orang lain secara umum dan secara khusus yakni yang terdesak kebutuhan seperti
anak yatim, fakir miskin, orang sakit, pembantu dan hewan.[9]
4.
Akhlak
Malu
Kata malu dalam bahasa Arab adalah al haya yang
berarti hidup. Hati yang hidup tentu orangnya pemalu karena ia menjadi pencegah
setiap keburukan yang merusak hati itu sendiri. Aisyah ra. Berkata, “ Akhlak
yang mulia itu sepuluh; berkata jujur, lisan yang jujur, menunaikan amanah, silturrahmi,
memberi upah buruh, memberi kebajikan, tidak menjelekkan tetangga, tidak
menjelekkan teman, menghormati tamu. “ Dan pangkal dari semua itu adalah malu.
Malu juga merupakan akhlak yang paling menonjol dan
yang paling berperan dalam menjaga diri dari segala keburukan. Para ulama
mengatakan, “ Sebenarnya malu itu akhlak yang mengekang perbuatan buruk dan
yang menjauhkan dari merampas hak orang lain. Malu iti bagian dari iman, sedang
iman merupakan akidah seorang muslim dan pilar kuatnya hidup. Adapun faidah
malu dan iman, bahwa keduanya dapat mengajak kebaikan dan menjauhkan dari
keburukan. Iman mendorong orang melaksanakan berbagai ketaatan dan menjauhi
maksiat, sedang malu menghalangi orang dari kurang bersyukur atas nikmatNya dan
dari mengabaikan hak orang lain, sebagaimana orang pemalu itu sulit untuk
berkata atau berbuat buruk karena takut dicela atau dimarahi orang. Rasulullah
Saw bersabda.:
“ Malu itu tak mendatangkan kecuali kebaikan. “
Malu tidak sekadar berarti menutupi aurat, tidak
mengurangi kewajiban, tidak mengingkari kebaikan, tidak berkata jelek kepada
orang lain dan tidak memperlihatkan mereka kepada yang tak disukainya, tetapi juga
malu kepada Sang Pencipta. Karena itu jangan berkurang dalam ketaatan, dan
dalam bersyukur atas segala nikmatNya. Rasul bersabada.:[10]
“ Allah itu lebih berhak disikapi malu daripada manusia. “
Malu itu mempunyai bidang-bidang lain, diantaranya:
a.
Malu dalam
berbicara. Artinya hendaklah seorang muslim membersihakan lisannya dari bicara
kotor atau menceritakan aib saudaranya.
b.
Malu itu bukan
takut atau ketakutan, tetapi merupakan bentuk keberanian yang sangat tinggi.
Ada perbedaan antara malu dan segan. Segan itu terjadi pada kebaikan dan
keburukan, terkadang menyeret pada keadaan buruk. Sedangkan malu tak terjadi
kecuali pada aturan menurut Syariah. Malu itu bukan pada kebatilan, dan tak ada
tempat malu pada manusia jika sedang sesat sebagimana tak ada tempat baginya
ketika seseorang membela kebenaran.
5.
Akhlak
Menjaga Kehormatan
Pembinaan ini dimaksudkan guna mengatur urusan
jasmani dan rohani, dan menempatkannya secara terhormat. Yakni member
etika-etika yang berkaitan dengan pakaian, tempat tinggal dan pangan tanpa
cenderung kepada kerahiban atau materialis. Sebagian filsafat memandang bahwa
ruh itu mesti lepas dari kaitan-kaitan jasad. Sebagian lagi memberi kebebasan penuh
menikmati berbagai kelezatan tanpa mengindahkan aturan. Rasul SAW telah
menggabungkan anatara menjaga kehormatan dan kecukupan dalam berbagai hadits
diantaranya:
“ Barang siapa yang menjaga kehormatan ia akan dijaga kehormatannya
oleh Allah, barang siapa yang merasa cukup ia akan dicukupkan Allah dan
barangsiapa yang sabar ia akan diberi kesabaran oleh Allah. “
Islam itu menyukai keindahan dan penampilan bagus,
tetapi orang malah mengeluh dengan islam. Sebaliknya islam membenci berlebihan
dalam segala hal, maka Islam mengharamkan wadah-wadah dari perak dan emas atau
tikar dan baju dari sutera sebab bisa membuat orang sombong. Dengan demikian
sederhana merupakan akhlak terpuji.[11]
6.
Akhlak
Jujur
Jujur yaitu mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur
lawannya dusta. Ada pula yang berpendapat, “ jujur itu tengah-tengah antara menyembunyikan
dan terus terang. “
Jujur meupakan akhlak terpuji yang paling penting
serta memerlukan kesungguhan untuk teguh kepadanya. Jatuhnya manusia adalah
hilangnya sifat jujur dan larut dalam dusta serta prasangka yang menjauhkan
mereka dari jalan lurus atau dari kebenaran yang mesti dipatuhi. Karena itu
berpegang teguhlah pada kejujuran. Seorang muslim tidak memandang kejujuran sebagai
akhlk terpuji saja, tetapi juga sebagai penyempurnaan iman dan islamnya. Ada
ulama mengatakan, “ Jujur itu pilar agama, pilar etika dan pangkal malu. Tiga
unsure ini tidak akan tercapai kecuali dengan jujur. “ Ajaran pertama yang
disampaikan kepada umat islam adalah berkata jujur, bekerja sungguh-sungguh dan
bicara teratur. Adapun dusta, ingkar janji, kepalsuan dan berkata dibuat-buat
adalah tanda munafik atau dusta.
“ Tiadak ada akhlak yang lebih dibenci oleh Rasulullah Saw daripada
dusta. “
Jujur mempunyai beberapa bentuk diantaranya:
a.
Jujur pada
diri sendiri
b.
Jujur dalam
berkata
c.
Jujur dalam
berjanji
d.
Jujur dalam
bahasa
e.
7.
Akhlak
Amanah
Amanah kebalikannya khianat. Menurut Syariat adalah
menyimpan rahasia, menyampaikan hasil musyawarah kepada anggota secara murni
dan menyampaikan secara jujur apa-apa yang dititipkan orang lain. Amanah
merupakan akahlak sangat pokok dimana Rasulullah Saw sendiri sudah bersifat
amanah dari sejak kecil hingga masa kerasulan, sehingga orang-orang musyrikpun
menjuluki beliau sebagai Ash Shadiqul Amin, yakni yang jujur lagi terpercaya
atau yang amanah.[12]
Jadi amanah itu artinya bisa berkaitan dengan
akhlak-akhlak lain seperti jujur, sabar, berani, menjaga kehormatan dan
memenuhi janji. Sedangkan pada umumnya orang mengartikan amanah hanya sebatas
menjaga titipan, padahal dalam islam arti amanah ini sangat luas dan sangat
berat. Amanah itu merupakan agama, ketaatan, kewajiban, dan batas-batas aturan
yang jika dilaksanakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat mendapat
siksa. Amanah terbagi menjadi beberapa bidang, diantaranya, amanah akal, amanah
badan, amanah pancaindra, amanah pekerjaan, amanah harta dan anak, amanah
terhadap hak-hak majelis, hubungan suami istri.
8.
Akhlak
Santun
Santun merupakan salah satu akhlak terpuji, pembuka
segala kebaikan dan penutup segala keburukan. Santun juga diartikan sabar,
sedang sabar bagian dari iman. Kemudian santun juga sering mematikan api
permusuhan dan menggagalkan tindak kekejaman. Disisi lain sifat santun
merupakan kunci sukses para Nabi dan Rasul dalam menyampaikan. Misalnya Nuh as.
Yang mendapat perlakuan durhaka serta curang dari kaumnya, tetapi tak melakukan
tindakan kecuali berdoa agar Allah memberi ampun dan kesabaran para pengikutnya.
Rasulullah Saw sesekali suka marah tetapi tak pernah
melewati batas-batas kewibawaan beliau. Dalam riwayat hidupnya, beliau itu tak
pernah marah karena hawa nafsu, selain jika larangan Allah dilanggar maka
beliau marah karena Allah Swt. Karena itu cukuplah bagi kita mengikuti perintah
Allah agar pemaaf. Imam Ghozali menyebutkan beberapa cara mengobati marah
melalui ilmu dan amal antara lain:
a.
Hendaklah
takut kepada Allah dan siksaNya.
b.
Hendaklah
merenungi nash-nash tentang keutamaan menahan marah, memaafkan dan kuat
terhadap ujian.
c.
Hendaklah
berlindung dari syetan yang terkutuk karena marah itu dari syetan.
9.
Akhlak
Sabar
Di antara akhlak tepuji yang harus dimiliki setiap
muslim adalah sabar atau tahan dengan berbagai ujian Allah serta mencari
ridha-Nya. Sabar adalah kondisi dalam diri atas sesuatu yang tak diinginkan
dengan rela dan berserah.[13]
Seorang muslim hendaklah bersabar atas sesuatu yang
kurang menyenangkannya seperi ibadah dan taat kepada Allah terus-menerus. Ia
juga mesti sabar untuk tidak maksiat kepadaNya, sehingga tidak membiarkan diri
coba-coba mendekati dan melakukannya sema kuat untuk itu. Sabar itu merupakan
akhlak terpuji yang diperlukan seorang muslim dalam menjalankan agama dan
dunianya. Bentuk sabar dapat dijelaskan menjadi tiga:
a.
Sabar dalam
menghadapi musibah. Muslim yang baik akan bersabar menyikapi musibah dan belas
kasih (simpati) kepada orang lain.
b.
Sabar untuk
tidak maksiat. Meninggalkan maksiat iti lebih utama dari sabar atas uijan atau musibah.
c.
Sabar untuk
tetap menjalankan perintah Allah. Senantiasa istikomah dalam menjalani hidup
dengan ibadah, selalu optimis dalam menatap masa depan.
10. Akhlak Tawadhu
Tawadhu’ (rendah hati) merupakan salah satu akhlak
terpujiatau sifat yang luhur. Seorang muslim mesti bertawadhu’ karena itu
merupakan ruh iman yang hidup dan perasaan lembut yang memperkokoh persaudaraan
diantara umat. Karena itu orang muslim mesti bertawadhu’ agar ditinggikan
kedudukannya dan jangan sombong agar tidak turun kedudukannya. Sudah merupakan
sunnatullah bahwa Allah mengangkat orang-orang yang bertawadhu’ kepadaNya, lalu
merendahkan orang-orang yang sombong. Sabda Rasulullah Saw.:[14]
“ Shodakoh itu tak mengurangi harta, Allah tak menambah hamba yang
memaafkan selain kemuliaan, dan tak seorangpun bertawadhu’ karena Allah kecuali
ditinggikan olehNya. “
Maka cukuplah Rasul Saw sebagai teladan akhlak
terpuji, beliau orang yang baik tabiatnya, baik pergaulannya, berseri-seri,
murah senyum, belas kasihan dan berhati lembut. Beliau juga suka pergi kepasar
kemudian membeli barang dipikul sendiri, membetulkan sandal, menambal bajunya,
memeras susu kambing keluarganya, mengikat unta, makan bersama pembantu, berlaku
baik kepadanya, tidak memberi pekerjaan berat, duduk bersama orang-orang miskin
dan berjalan bersama janda-janda tua serta anak yatim.
11. Akhlak Menahan Marah
Menahan marah dipandang salah satu akhlak terpuji
yang dicintai Allah. Marah itu merupakan emosi manusia yang menyertainya karena
naik pada darah. Marah juga merupakan salah satu penopang struktur kemanusiaan
dan salah satu kebutuhannya.
Menahan marah merupakan tahapan yang didahului oleh
pemberian maaf dari yang marah. Karena itu nash al Qur’an agar marah yang
terpendam dalam hati orang yang bertakwa itu berakhir. Caranya dengan memaafkan
yang bersalah, toleransi, lalu pergi.
Jadi, Allah mengajak manusia agar memaafkan
kesalahan diantara mereka. Sehingga
menurutNya orang-orang yang dermawan dengan harta diwaktu mudah dan sulit
adalah orang-orang yang berbuat kebajikan, begitu pula orang-orang yang
dermawan dengan maaf setelah marah termasuk orang-orang yang berbuat kebajikan.
Islam telah member nasihat orang yang mempunyai hak dengan cara member anjuran
yang lembut, toleran, dan mennhapus kesalahan-kesalahan masa lalunya dengan
menerima taubat. Islam juga menghapus kedengkian dan membunuh benih-benihnya
dari sejak manusia lahir. Karena muslim harus berpikiran luas dan beremosi
mulia, kemudian melihat segala sesuatu dari segi kepentingan umum bukan dari
kepentingan pribadi.[15]
12. Akhlak Pemaaf
Pemaaf juga merupakan salah satu akhlak terpuji yang
dianjurkan oleh Islam dan oleh Allah Swt, kepada Rasul Saw dan orang-orang
mukmin.
Ëxxÿô¹$$sù yxøÿ¢Á9$# @ÏJpgø:$# ÇÑÎÈ
“ Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang yang baik. “ (QS. Al
hijr [15]: 85)
Jadi, maaf itu berkaitan dengan menahan marah dan
bebuat kebajikan. Tidak ada yang lebih menentramkan diri dan menenangkan pandangan
daripada hati yang damai serta jauh dari dengki. Jika melihat nikmat mengalir
kepada seseorang, ia rela bahwa karunia Allah sedang tertuju kepadanya.
Kemudian jika melihat musibah jatuh pada seseorang, ia bersimpati sambil
mendoakan agar segera lepas dari musibahnya serta mendapat ampunan Allah
karenanya.
Islam memandang hati menjadi sesuatu yang sangat
pokok. Hati yang hitam akan merasuk amal soleh, menodai keindahannya, dan
mengotori kebeningannya. Sedangkan hati yang bercahaya, Allah akan memberkati
sedikit rezeki yang diterima orang itu, yakni setiap kebajikan cepat dating
kepadanya. Pada dasarnya memaafkan itu adalah bersabar jika seseorang diganggu
orang lain. Dari itu ia tidak membalas gangguan tersebut selain dengan kebaikan
dan tidak marah karena hawa nafsunya selama ia berada dijalan yang benar serta
mencari ridho Allah Swt. Teladan tinggi dalam hal ini adalah para Rasul as.
Orang-orang salih, sebab hampir tak ada diantara mereka yang tak pernah
diganggu kaumnnya.
13. Akhlak Memenuhi Janji
Memenuhi janji merupakan akhlak terpuji atau budi
pekerti yang mulia. Memenuhi janji adalah melaksanakan apa yng menjadi
keharusannya baik berupa perkataan atau tulisan. Maka, jika seorang muslim
sudah memutuskan suatu kesepakatan, ia wajib menghormatinya. Janji itu wajib
dipenuhi sebagaimana sumpah wajib dipenuhi dalam kebajikan.[16]
a. Jenis-jenis Janji
1). Janji antara Allah dan manusia
Ibadah kepada Allah Swt merupakan janji, berbuat
baik dengan ucapan atau perbuatan merupakan janji dan mendirikan salat
mengeluarkan zakat juga merupakan janji
2). Janji antarmanusia
Seperti janji pernikahan, janji mendidik anak, janji
memenuhi hak tetangga, hak saudara dan lain-lain.
Dalam sejarah Islam sudah tak heran lagi jika umat
Islam memenuhi janji dengan saudara mereka atau orang lain.
G.
Tokoh-tokoh
Islam yang Mengemukakan tentang Akhlak
Baik
kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dijumpai pemakaianya baik dalam al-Quran,
maupun al-Hadist, sebagai berikut:berarti menutupi
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OÏàtã ÇÍÈ
Artinya Dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung. (QS.Al-Qalam,
68: 4)
Bahwasannya aku diutus
(Allah) untuk menyempurnakan keluhuran
budi pekerti . (HR.Ahmad).
Menurut Ibn-Miskawaih (w.421 H/ 1030 M) yang selanjutnya
dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara
singkat mengatakan, bahwa akhlak adalah :[17]
Sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
Sementara
itu Imam Al-Ghazali (1059-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai Hujjatul Islam
(pembela islam) karena kepiawannya dalam membela islam dari berbagai paham yang
dianggap menyesatkan dengan agak lebih luas dari Ibnu Miskawaih mengatakan
akhlak adalah:
Sifat yang tertanam didalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Dalam
mu’jam al-wasith, Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlak adalah:
Sifat yang tertanam
dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk,
tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
Selanjutnya didalam
kitab Dairatul Ma’arif secara singkat akhlaq diartikan:
Sifat-sifat manusia
yang terdidik.
Dari
definisi-definisi akhlaq diatas secara substansial tampak saling melengkapi
kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlaq, yaitu:
1.
Pertama,
perbuatan akhak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang
sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2.
Kedua,
perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran.
3.
Ketiga,
perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya tanpa ada paksaan dari luar.
4.
Keempat,
perbuatn akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan
main-main atau karna bersandiwara.
5.
Kelima,
perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan
karna ikhlas semata-mata karna Allah.
Sumber-sumbernya:
Dalam
bahasa Arab kita dapat membaca buku khuluq Al-muslim (akhlaq orang muslim),
yang ditulis Muhammad Al-Ghazali, kitab al-Akhlaq (ilmu akhlaq) yang ditulis
oleh Ahmad Amin, Tahzib al-Akhlaq (pendidikan akhlaq) yang ditulis oleh ibnu
Miskawaih, Ihya ‘Ulumuddin (menghidupkan ilmu-ilmu agama) yang ditulis Imam
al-Ghazali, Falsafah Akhlaq yang ditulis oleh Murthada Mutahhari, Ilmu Tasawuf
yang ditulis oleh Mustafa Zahri.[18]
Pokok-pokok
ilmu akhlak atau ruang lingkup ilmu akhlak tidak lain membahas tentang
perbuatan manusia. Perbutan tersebut selanjutnya ditentukan kriterianya apakah
baik atau buruk.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak merupakan pembentukan karakater manusia baik atau buruk
kepribadiannya yang yang tertanam kuat dalam jiwa dan untuk merealisasikannya
tanpa paksaan.
B. Saran
Dibutuhakan referensi buku Akhlak yang lain dan asumsi-asumsi
yang dapat memperkaya khasanah tentang pengertian akhlak.
DAFTAR
PUSTAKA
Abudin,
Nata, Akhlak Tassawuf,
PT.Raja Gravindo Persada, Jakarta, Cet. 9, 2010
Ahmad,
Amin, etika (ilmu akhlak), Bulan
Bintang, Jakarta, Cet. III, 1983
As,
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak,
Rajawali Pers, Cet. I, 1992
Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, Al-Akhlak
fil Islami, PT. Rosdakarya, Bandung, Cet-1., 2006
[1]
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, PT. Gravindo Persada, Jakarta, Cet ke-9., 2010,
hal 1
[2] Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, Al-Akhlak fil
Islami, PT. Rosdakarya, Bandung, Cet-1., 2006, hal 15
[3]
Ibid, hlm. 32-33
[5]
Ibid, hlm. 40
[6]
Ibid, hlm. 151
[7] Ibid, hlm. 153
[8]
Ibid, hlm. 159
[9]
Ibid, hlm. 168
[10]
Ibid, hlm. 169
[11]
Ibid, hm. 182
[13]
Ibid, hlm. 203
[17]
Abudin Nata, Op. Cit., hlm 7
[18]
Ibid, hlm. 8
0 komentar:
Posting Komentar