Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 05 Juni 2013

Asas Metode Pendidikan Islam


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dilihat dari segi penanaman suatu mata pelajaran, sebenarnya agama Islam itu bukan suatu mata pelajaran. Islam itu adalah suatu agama yang berisi ajaran tentang tata hidup yang diturunkan Allah Swt kepada umat manusia melalui Rasul-Nya, sejak dari Nabi Adam As sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Kalau pada para Rasul sebelum Nabi Muhammad saw, ajaran itu terwujud prinsip-prinsip atau pokok-pokok yang disesuaikan menurut keadaan dan kebutuhan pada waktu itu, bahkan disesuaikan dengan menurut keadaan dan kebutuhan pada waktu itu, maka pada Nabi Muhammad prinsip atau pokok-pokok ajaran itu disesuaikan dengan kebutuhan umat manusia secara keseluruhan, yang dapat berlaku pada segala masa dan tempat.
Dewasa ini asas-asas yang sering dikemukakan adalah seperti motivasi, aktivitas, peragaan, individualitas, apersepsi, lingkungan, korelasi, dan konsenterasi, atau integrasis. Asas asas itu tidak berdiri sendiri,melainkan bertalian erat satu sama lain. Misalnya motivasi (minat) timbul bila anak-anak aktif, atau bila kita gunakan alat-alat peraga, atau kita bawa berkaryawisata ke luar sekolah (lingkungan). Karena itu biasanya asas-asas itu timbul serempak. Akan tetapi seseorang pasti tidak akan menjadi guru yang baik kalau ia mengabaikan asas-asas didaktik. Itulah sebabnya didaktik perlu dipelajari oleh setiap pengajar.
Karena tugas guru yang berat itu, maka mereka yang berprofesi sebagi guru harus dimiliki dan menguasai asas-asas  mengajar dan selalu aktif-kreatif menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan begitu tidak ada kesan mengajar asal-asalan.

B.     Rumusan Maslah
1.      Apakah yang dimaksud dengan Asas-asas Metode Pendidikan Islam?
C.    Tujuan
1.      Mampu mendeskripsikan tentang Asas-asas Metode Pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Asas Metode Pendidikan Islam

Asas (prinsip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari hasil penelitian dan tindakan. Asas sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan “intisari” kebenaran-kebenaran dasar dalam bidang ilmu tersebut. Asas adalah dasar tapi bukan suatu yang absolut atau mutlak. artinya penerapan asas harus memperbangkan keadaan-keadaan khusus dan keadaan yang berubah-ubah.[1]
Secara harfiah metode berasal dari kata method. Metode berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan. Metode sama artinya dengan metodologi yaitu suatu penyelidikan yang sistematis dan formulasi metode-metode yang akan digunakan dalam penelitian.
Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa metode pendidikan Islam adalah cara pendidik yang telah direncanakan secara sistematis untuk mengimplemantasikan tujuan yang telah disusunnya sedemikian rupa, guna merubah peserta didiknya menjadi manusia yang dewasa dan berkepribadian muslim.[2]
Jadi dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa Asas Metode Pendidikan Islam adalah  suatu pernyataan yang dijadikan pedoman didalam  mendidik yang telah direncanakan untuk menjadikan manusia yang dewasa dan berkepribadian muslim, dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus yang kemungkinan terjadi pada anak didik.



B.     Asas-Asas Metode Pendidikan Islam

1.      Asas Motivasi
Pendidikan harus berusaha membangkitkan minat peserta didik sehingga seluruh perhatia mereka tertuju dan terpusat pada bahan pelajaran yang sedang disajikan. Asas motivasi dapat diupayakan melalui pengajaran dengan cara yang menarik sesuai dengan tingkat pekembangan peserta didik, mengadakan selingan sehat, menggunakan alat-alat perasa yang sesuai dengan sifat materi, menghindari pengaruh yang menganggu konsentrasi didik, mengadakan kompetisi sehat dengan memberika hadiah hukuman yang bijaksana.
Menurut seorang ahli ilmu jiwa dalam motivasi ada suatu hierarki, yaitu motivasi itu mempunyai tingaktan-tingakatan dari bawah sampai ke atas yakni :
a.       Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan sebgainya.
b.      Kebutuhan keamanan (Security), yakni rasa terlindung, bebas dari takut dan kecemasan.
c.       Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dan dihargai dalam suatu kelompok (keluarga, sekolah, teman sebaya)
d.      Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, social, pembentukan pribadi.[3]
Sebagai suatu proses, mengantarkan murid kepada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Motivasi mempunyai fungsi antara lain :
a.       Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga.
b.      Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang menghubungkan dengan pencapaian tujuan belajar
c.       Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan jangka panjang[4]

2.      Asas aktivitas
Dalam proses belajar mengajar pendidikan peserta didik harus diberikan kesempatan untuk mengambil bagian yang aktif, baik rohani maupun jasmani, terhadap pengajaran yang akan diberikan, secara individual maupun kolektif.
Asas ini menghindari adanya verbalistis bagi peserta didik. Asas aktivitas dapat diupayakan dengan aktivitas jasmani berupa penelitian, eksperimen pembuatan konstruksi model, cocok tanam, atau juga denagn aktivitas rohani berupa ketekunan dalam mengikuti pelajaran, mengamati secara cermat, berpikir untuik memecahkan problem dan tergugah perasaannya, dan berkemauan keras untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Allah swt befirman.
ur }§Š©9 Ç`»|¡SM~Ï9 žwÎ) $tB 4Ótëy ÇÌÒÈ ¨br&ur ¼çmuŠ÷èy t$ôqy 3tãƒ ÇÍÉÈ §NèO çmtøgä uä!#tyfø9$# 4nû÷rF{$# ÇÍÊÈ
Artinya                39.  Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya,
40.  Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya).
41.  Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,



3.      Asas Apersepsi
Apersepsi berasal dari kata Apperception (Inggris), yang artinya menafsirkan buah pikiran, jadi menyatukan dan mengasimilasi suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki dan dengan demikian memahami dan menafsirkannya.[5]
Mengalami dalam proses belajar berarti menghayati suatu situasi aktual yang sekaligus menimbulkan respons-respons tertentu dari pihak peserta didik, sehingga memperoleh perubahan pola tingkah laku (pematangan dan kedewasaan), perubahan dalam perbendaharaan konsep-konsep (pengertian), dan kekayaan akan informasi.
Apersepsi adalah gejala jiwa yang dialami jika kesan baru masuk ke dalam kesadaran seseorang yang berjalin dengan kesan-kesan lam yang sudah dimiliki disertai proses pengelolaan, sehingga menjadi kesan yang lebih luas. Asas apersepsi bertujuan menghubungkan bahan pelajaran yang akan diberikan dengan apa yang telah dikenal oleh peserta didik.[6]

4.      Asas peragaan
Dalam asas ini, pendidik memberikan variasi dalam cara-cara mengajar dengan mewujudkan bahan-bahan yang diajarkan secara nyata. Baik dalam bentuk aslinya maupun tiruan (model-model), sehingga peserta didik dapat mengamati dengan jelas dan pengajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang diinginkan. Asas ini diupayakan melalui penggunaan berbagai macam alat peraga secara wajar, yaitu dengan memeragakan pelajaran dengan percobaan, membuat herbarium, ruang eksposisi, bulletin board, poster, serta menyelenggarakan karyawisata dan mengadakan sandiwara, sosiodrama, pantonim, tablo, dan drama. Nabi Muhammad SAW sering memeragakan sewaktu mengajarkan materi pada umat-umatnya, seperti yang dikenal dengan “sunnah fi’liyah”. Dan, dalam pepatah Arab diaktakan : “Tindakan itu lebih baik dari ucapan”. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya
Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Al-Bukhari)
Alat-alat peraga sebagai alat pemabantu dalam mengajar agar efektif, dalam garis besarnya memiliki faedah atau nilai sebagai berikut :
a.       Menambah kegiatan belajar murid
b.      Menghemat waktu belajar
c.       Menyebabkan agar hasil belajar lebih permanen atau mantap
d.      Membantu anak-anak yang ketinggalan dalam pelajarannya
e.       Memberikan alasan yang wajar untuk belajar karena membangkitkan minat perhatian (motivasi) dan aktifitas, pada murid
f.       Memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas.[7]

5.      Asas Ulangan
Asas yang merupakan usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan belajar peserta didik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, serta sikap setelah mengikuti pengajaran sebelumnya.
Hal ini karena penguasaan pengetahuan mudah terlupakan oleh peserta didik apabila dialami hanya sekali atau diingat setengah-setengah. Oleh karena itu, pengetahuan yang sering berulang-ulang menjadi pengetahuan yang tetap berkesan dalam ingatan dan dapat difungsikan dengan baik. Asas ulangan dapat melalui okasional, sistematis, yaitu diberikan secara teratu, kontinu, dan terencana. Oleh karena itu, Allah SWT sering mengingatkan agar manusia selalu mengulangi ibadah tanpa ada akhirnya sehingga mendatangkan suatu kebenaran. Sebagaimana dalam firman-Nya :
ôç6ôã$#ur y7­/u 4Ó®Lym y7uÏ?ù'tƒ ÚúüÉ)uø9$# ÇÒÒÈ
Artinya :“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (Q.S. Al-Hijr : 99)

6.      Asas Korelasi
Asas belajar mengajar adalah menyeluruh, mencakup berbagai dimensi yang kompleks yang saling berhubungan. Pendidikan hendaknya memandang peserta didik sebagai salah sejumlah daya-daya yang dinamis yang senantiasa berinteraksi dengan dunia sekitar untuk mencapai tujuan. Itulah sebabnya dalam setiap pengajaran, pendidikan harus  menhubungkan suatu bahan pelajaran lainnya, sehingga membentuk mata rantai yang erat. Asas korelasi akan menimbulkan asosiasi dan apersepsi dalam kesadaran dan sekaligus membangkitkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran. Banyak firman Allah SWT yang mengajurkan kita untuk mengkorelasikan sesuatu pada sesuatu lain, misalnya dalam Q.S. Yusuf ayat 109
!$tBur $uZù=yör& `ÏB šÎ=ö6s% žwÎ) Zw%y`Í ûÓÇrqœR NÍköŽs9Î) ô`ÏiB È@÷dr& #tà)ø9$# 3 óOn=sùr& (#r玍šo Îû ÇÚöF{$# (#rãÝàZuŠsù y#øx. šc%x. èpt7É)»tã tûïÏ%©!$# `ÏB óOÎgÏ=ö7s% 3 â#t$s!ur ÍotÅzFy$# ׎öyz šúïÏ%©#Ïj9 (#öqs)¨?$# 3 Ÿxsùr& tbqè=É)÷ès? ÇÊÉÒÈ
Artinya :“Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri. Maka Tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka  dan Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka Tidakkah kamu memikirkannya?”(Q.S. Yusuf ayat 109)
Keuntungan dari korelasi-korelasi adalah sebagai berikut :
a.       Tanggapan-tanggapan dalam jiwa murid tentang agama dan pengetahuan umum saling berhubungan menjadi satu kesatuan.
b.      Bahan pelajaran semakin dikuasai karena sering dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran.
c.       Anak menghayati segala sesuatu secara keseluruhan. Keseluruhan lebih sederhana daripada bagian-bagiannya.[8]

7.      Asas konsentrasi
Asas memfokuskan pada suatu pokok masalah tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran untuk melaksanakan tujuan pendidikan serta memerhatikan peserta didik dalam segala aspeknya. Asas ini dapat diupayakan dengan memberikan masalah yang menarik seperti masalah yang baru muncul.
Ali bin Abi Thalib berkata : “Aqbil ‘ala sya’nik” (hadapkan konsentrasimu pada urusanmu). Asas seperti ini diterapkan karena manusia memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, maka pemecahannya adalah memfokuskan masalah pada satu bagian, dan setelah bagian ini diselesaikan maka dapat beralih pada bagian yang lain.
Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Inshirah :7 yang artinya “Maka apabila kamu telah selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”

8.      Asas Individualisasi
Asas yang memerhatikan perbedaan-perbedaan individu, baik pembawaan dan lingkungan yang meliputi seluruh pribadi peserta didik, seperti perbedaan jasmani, watak, inteligensi, bakat, serta lingkungan yang mempengaruhinya. Aplikasi asas ini adalah pendidik dapat mempelajari pribadi setiap peserta didik, terutama tentang kepandaian, kelebihan, kekurangan, dan memberi tugas sebatas dengan kemampuannya:

Allah SWT befirman :
Ÿwur (#öq¨YyJtGs? $tB Ÿ@žÒsù ª!$# ¾ÏmÎ/ öNä3ŸÒ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ 4 ÉA%y`Ìh=Ïj9 Ò=ŠÅÁtR $£JÏiB (#qç6|¡oKò2$# ( Ïä!$|¡ÏiY=Ï9ur Ò=ŠÅÁtR $®ÿÊeE tû÷ù|¡tGø.$# 4 (#qè=t«óur ©!$# `ÏB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù 3 ¨bÎ) ©!$# šc%Ÿ2 Èe@ä3Î/ >äó_x« $VJŠÎ=tã ÇÌËÈ
Artinya : “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisa :32)
Agar pengajaran yang diberikan sesuai dengan  perbedaan individu, beberapa diantara usaha adalah sebagai berikut :
a.       Individualized assignments
b.      Pengajaran unit atau proyek
c.       Homogeneous grouping
d.      Remedial work
e.       Teknik bertanya
f.       Mengusahakan pemberian tugas-tugas pelajaran di luar sekolah[9]

9.      Asas Sosialisasi
Asas yang memerhatikan penciptaan suasana sosial yang dapat membangkitkan semangat kerja sama antara peserta didk dengan pendidik atau sesama peserta didik dan masyarakat sekitarnya dalam menerima pelajaran agar lebih berdaya guna dan berhasil. Pendidik dapat memfungsikan sumber-sumber fasilitas dari masyarakat untuk kepentingan pelajarannya dengan membawa peserta didik untuk karyawisata, survey, pengabdian masyarakat, perkemahan. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling banyak manfaatnya terhadap manusia lain” (Al-Hadis).

10.  Asas Evaluasi
Asas ini memerhatikan hasil dari penilaian terhadap kemampuan yang dimilki peserta didik sebagai Feedback  pendidik dalam memperbaiki cara mengajar. Asas evaluasi tidak hanya diperuntukkan bagi peserta didik, tetapi juga bagi pendidik, yaitu sejauh mana keberhasilannya dalam menunaikan tugasnya.

11.  Asas Kebebasan
Asas yang memberikan keleluasaan keinginan dan tindakan bagi peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang mengacu pada hal-hal yang positif. Asas ini mengandung tiga aspek, yaitu Self-directedness, self-discipline, self-control. Asas ini menyarankan membuat keputusan-keputusan tentang tindakan seseorang didasarkan pada ukuran kebijakan, dan mampu membuat pilihan berdasarkan nilai-nilai pribadi, dan adanya pengarahan sehingga sistem kontrol diri berkembang
.
12.  Asas Lingkungan
Asas yang menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan. Walaupun peserta didik lahir dengan berakal pembawaan, pembawaan itu masih bersifat umum yang harus dikembangkan melalui interaksi lingkungan, sehingga pembawaan dan lingkungan bukanlah hal yang tidak bersatu, tetapi saling membutuhkan mengingat pembawaan merupakan batas-batas kemungkinan yang dapat dicapai dari lingkungan.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk melaksanakan prinsip lingkungan dalam pengajaran adalah :
a.       Memberikan pengetahuan tentang lingkungan anak dan dari sinilah pengetahuan agama anak diluaskan.
b.      Mengusahakan agar alat yang digunakan berasal dari lingkungan yang dikumpulkan baik oleh guru maupun oleh murid-murid.
c.       Mengadakan karyawisata ke tempat-tempat yang dapat mendukung untuk memperluas pengetahuan agama dan keimanan anak
d.      Memberikan kesempatan kepada anak untuk elaksanakan penyelidika sesuai dengan kemampuannya melalui bacaan-bacaan dan observasi[10]   

13.  Asas Globalisasi
Asas sebagai akibat pengaruh psikologis totalitas, yaitu peserta didik bereaksi terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi secara fisik, social, dan sebaginya.

14.  Asas Pusat-Pusat Minat
Asas yang memerhatikan kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga bagi seseorang. Sesuatu berharga apabila sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaan asas pusat-pusat minat dalam Islam denan ruang lingkupnya terdiri atas bahan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia terhadap alam semesta.
Setiap anak didik mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri. Anak di kota berbeda minat dan kebutuhannya dengan anak di desa, di daerah pantai bebrbeda dengan pegunungan, anak yang bersekolah sampai perguruan tinggi berbeda dengan anak yang akan bekerja setelah tamat SLTA. Bahan ajaran dan cara penyampaian sedapat mungkin disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut.  Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab tumbuhnya perhatian. Sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan anak, anak menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan sungguh-sungguh dalam belajar.[11]

15.  Asas Keteladanan
Pada fase-fase tertentu, peserta didik memiliki kecenderungan belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang di sekitarnya, khususnya pada pendidik yang utama (orang tua). Asas keteladanan efektif digunakan pada fase-fase ini, misalnya kisah Qabil dalam mengebumikan Habil adik yang telah dibunuhnya. Meniru contoh yang diberikan burung gagak dalam menguburkan gagak lain, dimana penguburan gagak tersebut merupakan ilham dari Allah SWT sebagaimana dalam firman-Nya Surat Al-Maidah :31
y]yèt7sù ª!$# $\/#{äî ß]ysö7tƒ Îû ÇÚöF{$# ¼çmtƒÎŽãÏ9 y#øx. ͺuqムnouäöqy ÏmÅzr& 4 tA$s% #ÓtLn=÷ƒuq»tƒ ßN÷yftãr& ÷br& tbqä.r& Ÿ@÷WÏB #x»yd É>#{äóø9$# yͺuré'sù nouäöqy ÓŁr& ( yxt7ô¹r'sù z`ÏB tûüÏBÏ»¨Y9$# ÇÌÊÈ
Artinya : “Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya[410]. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal” (QS. Al-Maidah : 31).

[410]  dipahami dari ayat Ini bahwa manusia banyak pula mengambil pelajaran dari alam dan jangan segan-segan mengambil pelajaran dari yang lebih rendah tingkatan pengetahuannya.

16.  Asas Pembiasaan
Asas yang memerhatikan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh peserta didik. Pembiassn merupakan upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan peserta didik. Upaya pembiasaan sendiri dilakukan mengingat Manusia mempunyai sifat lupa dan lemah.[12]



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan diatas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya :
1.      Asas (prinsip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari hasil penelitian dan tindakan. Asas sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan “intisari” kebenaran-kebenaran dasar dalam bidang ilmu tersebut. Asas adalah dasar tapi bukan suatu yang absolut atau mutlak. artinya penerapan asas harus memperbangkan keadaan-keadaan khusus dan keadaan yang berubah-ubah.
2.      Secara harfiah metode berasal dari kata method. Metode berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan. Metode sama artinya dengan metodologi yaitu suatu penyelidikan yang sistematis dan formulasi metode-metode yang akan digunakan dalam penelitian.
3.      Asas Metode Pendidikan Islam adalah  suatu pernyataan yang dijadikan pedoman didalam  mendidik yang telah direncanakan untuk menjadikan manusia yang dewasa dan berkepribadian muslim, dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus yang kemungkinan terjadi pada anak didik.
4.      Asas Metode Pendidikan Islam terdiri dari Asas Motivasi, aktivitas, Apersepsi, peragaan, Ulangan, Korelasi, Konsenterasi, Individualisasi, Sosialisasi, Evaluasi, Kebebasan, Lingkungan, Globalisasi, Ketelaudanan.
B.     Saran
Untuk para peneliti dan para penyusun makalah selanjutnya  diharapkankedepannya agar lebih baik lagi. Baik dari segi bahasa maupun penyajiannya         serta dapat lebih banyak lagi mendapat  referensi  buku atau sumber yang lainnya untuk menjadi acuan atau dasar pembelajaran.




DAFTAR PUSTAKA

S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, 2012. Bumi Aksara, Jakarta.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, 2008, Rineka Cipta, Jakarta.
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, 2004. Bumi Aksara, Jakarta.



[1] http://pengertianpengertian.blogspot.com/2011/11/pengertian-asas.html
[2] Zakiah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta, cet ke-3, 2004, hal 1
[3] S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, cet ke-5, 2012, hal. 75
[4] Op.Cit.,  hal.141
[5] Op.Cit., S.Nasution.,hal. 156
[6] Ibid., hal 157
[7]Ibid., hal. 98
[8] Op.Cit., Zakiah Daradjat, hal. 152
[9] Ibid., hal. 121
[10] Ibid., hal. 130.
[11] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hal. 115
[12] Ibid., hal.  117

9 komentar: