Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 05 Juni 2013

Anak Gifted


PENDAHULUAN

Secara umum bakat adalah  potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian sebenarnya seseorang memiloiki bakat (Aptitude) dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapsitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan inteligensi. Itulah sebabnya, seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas atau (superior) atau cerdas luar biasa (Very Superior) disebut juga Talented Child, yakni anak berbakat.
Permasalahan yang diselesaikan dewasa ini sehubungan dengan kualitas SDM adalah bahwa kebijaksanaan di Indonesia sudah sangat mendukung pemberian perhatian khusus kepada peserta-peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, disebut juga sebagai anak berbakat (gifted), dan kebijaksanaan di Indonesia juga menekankan pentingnya kreatifitas dikembangkan sejak usia pra sekolah sampai dengan diperguruan tinggi. Namundalam kenyataannya pelayanan pendidikan bagi anak berbakat belum diterapkan secara nasional. Demikian pula sistem pendidikan lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik. Konsep kreatifitas juga masih kurang dipahami, dan ini mempunyai dampak terhadap cara mengasuh dan mendidik anak. Padahal kebutuhan akan kreatifitas tampak disemua bidang kegiatan manusia.
Tak dapat disangkal bahwa bakat dapat dipengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar anak pada bidang-bidang studi tertentu. Oleh karena itu, tidak bijaksana jika orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki oleh anaknya itu. Pemaksaan kehendak terhadap anak, dan karena ketidaksadaran anak terhadap bakatnya sendiri sehingga ia memilih jurusan yang sebenarnya bukan bakatnya, (mungkin karena bujukan teman) akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.
Oleh karena, didalam makalah yang kami buat akan membahas beberapa pengertian mengenai anak-anak yang memiliki bakat diatas rata-rata (Gifted),  mengenali ciri anak-anak yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, serta beberapa ciri yang berhubungan dengan tingkatan intelegensi serta pengaruhnya terhadap proses belajar.





PEMBAHASAN
A.    Pengertian Inteligensi
Inteligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampua intelektual. Dalam mengartikan inteligensi (kecerdasan) ni para ahli mempunyai pengertian yang beragam. Diantara pengertian inteligensi itu adalah sebagai berikut :
1.      C.P. Chaplin (1975) mengartikan  inteligensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadiap situasi baru secara cepat dan efektif.
2.      Anita E. Woolfolk (1995) mengemukakan bahwa menurut teori-teori lama, inteligensi itu meliputi tiga pengerian, yaitu : kemampuan untuk belajar, keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, dan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya.
Woolfolk mengemukakan bahwa inteligensi merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.
3.      Joseph Renzulli, anak berbakat memiliki pengertian, “Anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas dan kreativitas yang tinggi
4.      Dalam seminar nasional mengenai Alternatif Program Pendidikan bagi Anak Berbakat yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan disepakati bahwa :
Anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasi sebagai anak yang mempunyai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan pelayanan diluar jangkauan program sekolah biasa agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun untuk mengembangkan diri sendiri.
5.      Raymon Cattel dalam buku kimble mengklasifikasikan inteligensi ke dalam dua kategori, yaitu :
a.       Fluid Iteligence, yaitu tipe kemampuan untuk analisis kognitif yang relative tidak dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya,
b.      Crystallized Inteligence, yaitu keterampilan-keterampilan atau kemampuan balar (berfikir) yang dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya.[1]
6.      Menurut William Stern Intelgensi merupakan kemampuan untuk menggunakan secara tepat alat-alat bantu dan pikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru.
7.      Lei Hedison Terman berpendapat bahwa inteligensi adalah kesanggupan untuk belajar secara abstrak.
8.      Jean Pigaet inteligensi dapat diartikan kecerdasan, yaitu seluruh kemampuan berpikir dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis, mengevluasi, dan menyelesaikan persoalan-persoalan.[2]
9.      Menurut Cropley, true giftedness (keberbakatan yang sungguh-sungguh) merupakan gabungan antara kemampuan konfersional (ingatan baik, berfikir logis, pengetahuan faktual, kecermatan, dan sebagainya) dan kemampuan kreatif (menciptakan gagasan, mengenal kemungkinan alternatif, melihat kombinasi yang tidak diduga, memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu yang tidak lazim dan sebgainya).[3]
B.     Penyebaran Inteligensi
Ukuran Inteligensi dinyatakan dalam IQ (Intelligence Quoteint). Pada orang dewasa (enm belas tahun ke atas), IQ dihitung dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan yang terdiri dari berbagai soal (hitungan, kata-kata, gambar-gambar, dll) dan menghitung berapa banyaknya pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar.[4]                                                                   Berdasarkan hasil pengukuran atau tes inteligensi terhadap sampel yang dipandang mencerminkan populasinya, maka dikembangkan suatu system norma ukuran kecerdasan sebaran berikut :


IQ (INTELIGENCE QUOTIOION)
KLASIFIKASI
140-ke atas
130-139
120-129
110-119
90-109
80-89
70-79
50-69
49 ke bawah
Jenius
Sangat Cerdas
Cerdas
Diatas Normal
Normal
Di bwah Normal
Bodoh
Terbelakang
Terbelakang (Idiot)

C.    Beberapa Ciri Yang Berhubungan Dengan Tingkatan Inteligensi Serta Pengaruhnya Terhadap Proses Belajar
1.      Idiot IQ : 0-29. Idiot merpakan kelompok individu terbelakang yang paling rendah. Tidak dapat berbicara atau hanya dapat mengucap beberapa kata saja.
2.      Imbecile IQ : 30-40. Kelompok Imbecile setingkat lebih tinggi dari anak idiot.
3.      Moron atau debil IQ 50-69. Kelompok ini sampai tingakat tertentu dapat belajar membaca, menulis, dan membuat perhitungan-perhitungan sederhana, dapat diberikan pekerjaan rutin tertentu yang tidak memerlukan perencanaan dan pemecahan.
4.      Kelompok bodoh IQ : 70-79, kelompok ini berada di atas kelompok terbelakang dan dibawah kelompok normal (sebagai batas)
5.      Normal rendah IQ : 80-89, kelompok ini termasuk kelompok normal, rata-rata, tetapi pada tingaktan terbawah.
6.      Normal sedang IQ : 90-109, kelompok ini merupakan kelompok yang normal atau rata-rata.
7.      Normal tingi IQ 110-119, kelompok ini merupakan kelompok individu yang normal tetapi berada tingkatan tinggi.
8.      Cerdas (Superior) IQ : 120-129, kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah/akademik.
9.      Sangat cerdas (Very superior/Gifted), IQ :130-139. Anak-anak gifted lebih cakap dalam membaca, mempunyai pengetahuan tentang bilangan yang sangat baik, perbendaharaan kata yang luas dan cepat memahami pengertian yang abstrak.
10.  Genius IQ : 140 ke atas. Kelopok ini kemampuannya sangat luar biasa. Mereka pada umumnya memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang baru, walaupun mereka tidak bersekolah.[5]
D.    Pengertian Anak Berbakat (Gifted Child)
Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut. Jadi, yang disebut bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh kemampuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Bakat khusus biasanya disebut dengan talent sedangkan bakat (intelektual) sering disebut dengan istilah gifted. Anak yang memiliki bakat menonjol sering disebut dengan istilah gifted children.[6]
Secara umum, keberbakatan (giftedness) didefinisikan sebagai kemampuan atau bakat yang sangat tinggi disatu atau lebih bidang (misalnya, dalam matematika, sains, menulis kreatif, seni, atau musik) sedemikian rupa sehingga sisbwa mwmbutuhkan layanan pendidikan khusus  agar dapat mengembangkan potensinya itu sepenuhnya.
Secara historis dinas pendidikan sebagian besar mengandalkan tes intelegensi untuk mengidentifikasi siswa berbakat (anda juga dapat menjumpai istilah gifted and talented sekaligus).
Pengertian lain menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak yang mempunyai potensi unggul di atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak normal. Para ahli dalam bidang anak-anak gifted memiliki pandangan sama ialah keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada manipulasi lingkungan sesudah anak dilahirkan.[7]
Anak gifted diklasifikasikan dalam dua golongan pertama, extreemely gifted child (genius) dengan taraf intelegensi 160-200. Kedua, superior child yang mempunyai taraf integelensi 125-160. Seperti yang ditulis oleh Anwar Prabu Mangkunegara yang mengutip penelitian Gertrude Hildreth menyimpulkan bahwa anak-anak gifted  yang IQ nya antara 135-145 menunjukkan sikap periang, ramah, dan umumnya sering menjadi pemimpin dari teman-teman sebaya. Sedangkan anak gifted dengan IQ 175 banyak mengalami kesulitan dalm bergaul dan kurang dapat memanfaatkan kemampuannya sehingga sering kurang dihargai kawan-kawan sebayanya.[8]  
Ciri Atau Karakteristik Umum Siswa Berbakat (gifted)
1.      Perbedaharaan kata yang kaya, kemampuan berbahasa yang tinggi, dan keterampilan membaca di atas rata-rata.
2.      Pengetahuan umum yang kaya mengenai dunia
3.      Kemampuan belajar lebih cepat, mudah, dan mandiri dibandingkan teman-teman sebayanya
4.      Proses kognitif dan strategi belajar yang lebih canggih dan efisien
5.      Fleksibilitas yang lebih besar dalam hal gagasan dan pendekatan terhadap tugas
6.      Standar performa yang tinggi (kadang kala terlalu perfeksionis)
7.      Konsep diri yang positif, khususnya dalam kaitan dengan usaha-usaha akademis
8.      Perkembangan sosial dan penyesuaian emosi diatas rata-rata (meskipun beberapa siswa berbakat yang ekstrem mungkin mengalami kesulitan karena mereka sangat berbeda dari teman-teman sebayanya).[9]
9.      Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
10.   Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
11.   Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
12.   Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
13.   Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
14.   Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.[10]

E.     Dasar Pertimbangan Untuk Pendidikan Anak Berbakat.
Meskipun Dasar falsafah dan kebijakan di Indonesia jelas menunjang pelayanan pendidikan khusus bagi anak berbakat, akan tetapi cukup banyak juga orang, termasuk pakar yang mempertanyakan perlunya hal itu. Mere berpendapat bahwa jika anak yang betul-betul berbakat ia akan memenuhi kebutuhan pendidikannya sendiri. Adapula yang beranggapan bahwa jika guru melakuklan tugasnya dengan baik anak berbakat tidak perlu mendapat perhatian khusus, berbeda dengan mereka yang menyandang ketunaan. Seakan-akan ada kekhawatiran bahwa pelayanan pendidikan khusus bagi yang berbakat adalah tidak demokratis, membentuk kelompok elite, dan merupakan pemborosan.
Dengan timbulnya permasalahan ini dapat dikemukakan beberapa pertimbangan atau alasan (Rasional) mengapa pelayanan khusus bagi yang berbakat perlu, yaitu :
1.      Keterbakatan tumbuh dari proses interaktif antara lingkungan yang merangsang kemampuan pembawaan dan prosesnya. Pengembangan potensi bawaan ini akan paling mudah dan paling efektif jika dimulai sejak usia dini.
2.      Pendidikan atau sekolah hendaknya dapat memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada semua anak untuk mengembangkan potensinya sepenuhnya.
3.      Jika anak berbakat dibatasi dan dihambat dalam perkembangannya jika mereka tidak dimungkinkan untuk maju lebih cepat dan memperoleh materi pengajaran sesuai dengan kemampuannya, sering mereka, menjadi bosan, jengkel, atau acuh tak acuh.
4.      Terhadap kekhawatiran bahwa pelayanan pendidikan khusus bagi anak berbakat akan membentuk kelompok elite, perlu dipertanyakan apa yang dimaksud dengan kelompok elite.
5.      Anak dan reamaja berbakat merasa bahwa minat dan gagasan mereka sering berbeda teman sebaya, hal ini dapat membuat mereka merasa terisolasi dari yang lain.
6.      Jika kebutuhan anak berbakat dipertimbangkan, dan dirancang program untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka sejak awal, maka mereka menunjukkan peningkatan yang nyata dalam prestasi, sehingga tumbuh rasa kompetensi dan rasa harga diri.
7.      Mereka yang berbakat jika diberi kesempatan dan pelayanan pendidikan yang sesuai akan dapat memberi sumbangan yang bermakna kepada masyarakat dalam semua bidang usaha manusia.
8.      Dari sejarah tokoh-tokoh yang unggul dalam bidang tertentu ternyata memang ada di antara mereka yang semasa kecil atau sewaktu dibangku sekolah tidak kenal sebagai seorang yang menonjol dalam prestasi sekolah, namun mereka berhasil dalam hidup.[11] 
F.      Cara Mengenal Bakat Seseorang
Menurut sejarahnya usaha pengenalan bakat itu mula-mula terjadi pada bidang kerja, tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan. Bahkan dewasa ini dalam bidang pendidikanlah usaha yang paling banyak dilakukan. Dalam prakteknya hampir semua ahli yang menyusun test untuk mengungkap bakat bertolak dari dasar pikiran analisis faktor. Pendapat Guilford yang telah disajikan dimuka itu merupakan salah satu contoh dari pemikiran yang demikian itu. Apa yang dikemukakan oleh Guilford itu adalah hal (materi) yang ada pada individu,yang diperlukan untuk aktivitas apa saja. Pemberian nama terhadap jenis-jenis bakat biasanya dilakukan berdasarkan atas dalam lapangan apa bakat tersebut berfungsi, seperti bakat matematika, bakat bahasa, olahraga, dan sebagainya. Dengan demikian, maka macamnya bakat akan sangat tergantung pada konteks kebudayaan dimana seorang individu hidup.
Sebenarnya setiap bidang strudy atau bidang kerja dibutuhkan berfungsinya lebih dari satu faktor bakat saja. Suatu contoh misalnya bakat untuk belajar difakultas teknik akan memerlukan berfungsinya faktor-faktor mengenai bilangan, ruang, berfikir abstrak, bahasa, mekanik, dan mungkin masih banyak lagi. Karena itu ada kecenderungan diantara para ahli sekarang untuk mendasarkan pengukuran bakat itu pada pendapat, bahwa pada setiap individu sebenarnya terdapat semua faktor-faktor yang diperlukan untuk bebagai macam lapangan, hanya dengan kombinasi, konstelasi, dan intensitas yang berbeda-beda. Karena itu biasanya yang dilakukan dalam diagnosis tentang bakat adalah membuat urutan (Rangking) mengenai bakat pada setiap individu.
Prosedur yang biasanya ditempuh adalah :
1.      Melakuakan analisis jabatan (job analisis) atau analisis lapangan study untuk menemukan faktor-faktor apa saja yang diperluka supaya orang dapat berhasil dalam lapangan tersebut
2.      Dari hasil analisis itu dibuat pencandraan jabatan (Job Description) atau pencandraan lapangan study.
3.      Dari pencandraan jabatan atau pencandraan lapangan study itu diketahui persyaratan apa yang harus dipenuhi supaya individu dapat berhasil dalam lapangan tertentu.[12]
G.    Gen dan Perbedaan Individual
Dalam penelitian mengenai sifat yang diwariskan pengukuran terhadap fungsi intelektual biasanya menggunakan IQ (Intelegence Quetion), atau skor IQ. Skor dalam sebuah test IQ mencerminkan bagaimana hasil kerja seorang anak dibandingkan dengan anak lain yang berusia sama, atau bagaimana hasil kerja orang dewasa dibandingkan dengan orang dewasa lainnya. Skor rata-rata untuk setiap kelompok usia ditetapkan adalah 100.
Sebagian besar psikolog berkeyakinan bahwa tes IQ mengukur suatu kualitas umum yang mempengaruhi kebanyakan kemampuan mental. Meskipun demikian, tes IQ juga mendapat banyak kritik. Beberapa orang berpendapat bahwa intelegensi memiliki banyak variasi, terlalu banyak untuk dapat ditampung dalam sebuah skor tunggal. Beberapa orang lainnya berpendapat bahwa tes IQ memilki penyimpangan budaya. Maksudnya, tes IQ yang ada kebanyakan hanya mengukur kemampuan yang tergantung pada pengalaman yang diperoleh dilingkungan kelas menengah dan lebih menguntungkan orang-orang kulit putih daripada kelompok etnis lain.
Terlepas dari kualifikasi penting ini, kiranya jelas bahwa jenis inteligensi yang menghasilkan skor IQ tinggi sangat dipengaruhi oleh faktor heritabilitas sekitar 0,40.[13]




























KESIMPULAN

Secara umum bakat adalah  potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian sebenarnya seseorang memiloiki bakat (Aptitude) dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapsitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan inteligensi. Itulah sebabnya, seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas atau (superior) atau cerdas luar biasa (Very Superior) disebut juga Talented Child, yakni anak berbakat.
Secara umum, keberbakatan (giftedness) didefinisikan sebagai kemampuan atau bakat yang sangat tinggi disatu atau lebih bidang (misalnya, dalam matematika, sains, menulis kreatif, seni, atau musik) sedemikian rupa sehingga sisbwa mwmbutuhkan layanan pendidikan khusus  agar dapat mengembangkan potensinya itu sepenuhnya.
Secara historis dinas pendidikan sebagian besar mengandalkan tes intelegensi untuk mengidentifikasi siswa berbakat (anda juga dapat menjumpai istilah gifted and talented sekaligus).



















DAFTAR PUSTAKA

Carol Wade, Carol Tafris. 2007. Psikolog. Jakarta: Erlangga.
definisi-anak-berbakat-gifted-child%20adsd.htm
Jeanne Ellis Ormrod. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Mohammad Ali. 2011.  Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
Sarlito Wirawan Sarwon. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syaiful Bahri Djamarah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Syamsu Yusuf LN. 2009. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Rosda Karya.
Utami Munandar. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.


[1] Syamsu Yusuf LN,Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, Rosda Karya, Bandung, cet ke- 10, 2009, hal.106
[2] Mohammad Ali,¸Psikologi Remaja, Bumi Aksara, Jakarta, cet ke-7, 2011, hal. 27
[3] Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta, cet ke-3, hal. 9
[4]  Sarlito Wirawan Sarwon, Psikologi Remaja, Rajawali Pers, Jakarta, 2008, hal. 77
[5] Op.Cit., Syamsu Yusuf., hal. 111-112
[6] Op.Cit., Mohammad Ali., hlm. 78
[7] Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, Erlangga, Jakarta, 2008, hlm. 258
[8] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm. 195
[9] Op. Cit., Jeanne Ellis Ormrod., hlm. 258
[10] definisi-anak-berbakat-gifted-child%20adsd.htm
[11] Op. Cit., Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, hlm. 16
[12] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm. 174
[13] Carol Wade, Carol Tafris, Psikologi, Erlangga, Jakarta, 2007, hlm.A 98

1 komentar: