PENDAHULUAN
Secara umum bakat adalah potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian sebenarnya
seseorang memiloiki bakat (Aptitude) dalam arti berpotensi untuk
mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapsitas
masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan inteligensi. Itulah
sebabnya, seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas atau (superior)
atau cerdas luar biasa (Very Superior) disebut juga Talented Child, yakni anak
berbakat.
Permasalahan yang diselesaikan dewasa ini sehubungan
dengan kualitas SDM adalah bahwa kebijaksanaan di Indonesia sudah sangat
mendukung pemberian perhatian khusus kepada peserta-peserta didik yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa, disebut juga sebagai anak berbakat (gifted),
dan kebijaksanaan di Indonesia juga menekankan pentingnya kreatifitas dikembangkan
sejak usia pra sekolah sampai dengan diperguruan tinggi. Namundalam
kenyataannya pelayanan pendidikan bagi anak berbakat belum diterapkan secara
nasional. Demikian pula sistem pendidikan lebih menekankan pengembangan
kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberi perhatian kepada
pengembangan bakat kreatif peserta didik. Konsep kreatifitas juga masih kurang
dipahami, dan ini mempunyai dampak terhadap cara mengasuh dan mendidik anak.
Padahal kebutuhan akan kreatifitas tampak disemua bidang kegiatan manusia.
Tak dapat disangkal bahwa bakat dapat dipengaruhi tinggi
rendahnya prestasi belajar anak pada bidang-bidang studi tertentu. Oleh karena
itu, tidak bijaksana jika orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan
anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat
yang dimiliki oleh anaknya itu. Pemaksaan kehendak terhadap anak, dan karena
ketidaksadaran anak terhadap bakatnya sendiri sehingga ia memilih jurusan yang
sebenarnya bukan bakatnya, (mungkin karena bujukan teman) akan berpengaruh
terhadap prestasi belajarnya.
Oleh karena, didalam makalah yang kami buat akan membahas
beberapa pengertian mengenai anak-anak yang memiliki bakat diatas rata-rata
(Gifted), mengenali ciri anak-anak yang
memiliki kemampuan diatas rata-rata, serta beberapa ciri yang berhubungan
dengan tingkatan intelegensi serta pengaruhnya terhadap proses belajar.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Inteligensi
Inteligensi
bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan
perilaku individu yang berkaitan dengan kemampua intelektual. Dalam mengartikan
inteligensi (kecerdasan) ni para ahli mempunyai pengertian yang beragam.
Diantara pengertian inteligensi itu adalah sebagai berikut :
1.
C.P. Chaplin
(1975) mengartikan inteligensi itu
sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadiap situasi baru secara
cepat dan efektif.
2.
Anita E.
Woolfolk (1995) mengemukakan bahwa menurut teori-teori lama, inteligensi itu
meliputi tiga pengerian, yaitu : kemampuan untuk
belajar, keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, dan kemampuan untuk
beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya.
Woolfolk mengemukakan bahwa inteligensi merupakan satu atau
beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka
memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.
3. Joseph Renzulli, anak berbakat memiliki
pengertian, “Anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar
manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di
atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas dan kreativitas
yang tinggi
4. Dalam seminar nasional mengenai Alternatif
Program Pendidikan bagi Anak Berbakat yang diselenggarakan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan disepakati bahwa :
Anak berbakat adalah mereka yang oleh
orang-orang profesional diidentifikasi sebagai anak yang mempunyai prestasi
yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul. Anak-anak
tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan pelayanan
diluar jangkauan program sekolah biasa agar dapat merealisasikan sumbangan
mereka terhadap masyarakat maupun untuk mengembangkan diri sendiri.
5.
Raymon Cattel
dalam buku kimble mengklasifikasikan inteligensi ke
dalam dua kategori, yaitu :
a.
Fluid
Iteligence, yaitu tipe kemampuan untuk analisis kognitif yang relative tidak
dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya,
b.
Crystallized
Inteligence, yaitu keterampilan-keterampilan atau kemampuan balar (berfikir)
yang dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya.[1]
6.
Menurut William
Stern Intelgensi merupakan kemampuan untuk menggunakan secara tepat alat-alat bantu
dan pikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru.
7.
Lei Hedison
Terman berpendapat bahwa inteligensi adalah kesanggupan untuk belajar secara
abstrak.
8.
Jean Pigaet
inteligensi dapat diartikan kecerdasan, yaitu seluruh kemampuan berpikir dan
bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang kompleks seperti
berpikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis, mengevluasi, dan
menyelesaikan persoalan-persoalan.[2]
9.
Menurut Cropley, true giftedness (keberbakatan
yang sungguh-sungguh) merupakan gabungan antara kemampuan konfersional (ingatan
baik, berfikir logis, pengetahuan faktual, kecermatan, dan sebagainya) dan
kemampuan kreatif (menciptakan gagasan, mengenal kemungkinan alternatif,
melihat kombinasi yang tidak diduga, memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu
yang tidak lazim dan sebgainya).[3]
B.
Penyebaran
Inteligensi
Ukuran
Inteligensi dinyatakan dalam IQ (Intelligence Quoteint). Pada orang
dewasa (enm belas tahun ke atas), IQ dihitung dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan yang terdiri dari berbagai soal (hitungan, kata-kata,
gambar-gambar, dll) dan menghitung berapa banyaknya pertanyaan yang dapat
dijawab dengan benar.[4] Berdasarkan hasil pengukuran atau tes inteligensi terhadap sampel
yang dipandang mencerminkan populasinya, maka dikembangkan suatu system norma
ukuran kecerdasan sebaran berikut :
IQ (INTELIGENCE
QUOTIOION)
|
KLASIFIKASI
|
140-ke
atas
130-139
120-129
110-119
90-109
80-89
70-79
50-69
49
ke bawah
|
Jenius
Sangat Cerdas
Cerdas
Diatas Normal
Normal
Di bwah
Normal
Bodoh
Terbelakang
Terbelakang
(Idiot)
|
C.
Beberapa Ciri
Yang Berhubungan Dengan Tingkatan Inteligensi Serta Pengaruhnya Terhadap Proses
Belajar
1.
Idiot IQ :
0-29. Idiot merpakan kelompok individu terbelakang yang paling rendah. Tidak
dapat berbicara atau hanya dapat mengucap beberapa kata saja.
2.
Imbecile IQ :
30-40. Kelompok Imbecile setingkat lebih tinggi dari anak idiot.
3.
Moron atau
debil IQ 50-69. Kelompok ini sampai tingakat tertentu dapat belajar membaca,
menulis, dan membuat perhitungan-perhitungan sederhana, dapat diberikan
pekerjaan rutin tertentu yang tidak memerlukan perencanaan dan pemecahan.
4.
Kelompok bodoh
IQ : 70-79, kelompok ini berada di atas kelompok terbelakang dan dibawah
kelompok normal (sebagai batas)
5.
Normal rendah
IQ : 80-89, kelompok ini termasuk kelompok normal, rata-rata, tetapi pada
tingaktan terbawah.
6.
Normal sedang
IQ : 90-109, kelompok ini merupakan kelompok yang normal atau rata-rata.
7.
Normal tingi IQ
110-119, kelompok ini merupakan kelompok individu yang normal tetapi berada
tingkatan tinggi.
8.
Cerdas
(Superior) IQ : 120-129, kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah/akademik.
9.
Sangat cerdas
(Very superior/Gifted), IQ :130-139. Anak-anak gifted lebih cakap dalam
membaca, mempunyai pengetahuan tentang bilangan yang sangat baik,
perbendaharaan kata yang luas dan cepat memahami pengertian yang abstrak.
10.
Genius IQ : 140
ke atas. Kelopok ini kemampuannya sangat luar biasa. Mereka pada umumnya
memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang baru,
walaupun mereka tidak bersekolah.[5]
D. Pengertian Anak Berbakat (Gifted Child)
Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan
yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu pengembangan
dan latihan lebih lanjut. Jadi, yang disebut bakat adalah kemampuan alamiah
untuk memperoleh kemampuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun
yang bersifat khusus. Bakat khusus biasanya disebut dengan talent
sedangkan bakat (intelektual) sering disebut dengan istilah gifted.
Anak yang memiliki bakat menonjol sering disebut dengan istilah gifted
children.[6]
Secara umum, keberbakatan (giftedness) didefinisikan
sebagai kemampuan atau bakat yang sangat tinggi disatu atau lebih bidang
(misalnya, dalam matematika, sains, menulis kreatif, seni, atau musik)
sedemikian rupa sehingga sisbwa mwmbutuhkan layanan pendidikan khusus agar dapat mengembangkan potensinya itu
sepenuhnya.
Secara historis dinas pendidikan sebagian besar
mengandalkan tes intelegensi untuk mengidentifikasi siswa berbakat (anda juga
dapat menjumpai istilah gifted and talented sekaligus).
Pengertian lain
menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak yang mempunyai potensi unggul di atas
potensi yang dimiliki oleh anak-anak normal. Para ahli dalam bidang anak-anak
gifted memiliki pandangan sama ialah keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada
manipulasi lingkungan sesudah anak dilahirkan.[7]
Anak gifted diklasifikasikan dalam dua golongan pertama, extreemely
gifted child (genius) dengan taraf intelegensi 160-200. Kedua, superior
child yang mempunyai taraf integelensi 125-160. Seperti yang ditulis oleh
Anwar Prabu Mangkunegara yang mengutip penelitian Gertrude Hildreth
menyimpulkan bahwa anak-anak gifted yang IQ nya antara 135-145 menunjukkan sikap
periang, ramah, dan umumnya sering menjadi pemimpin dari teman-teman sebaya.
Sedangkan anak gifted dengan IQ 175 banyak mengalami kesulitan dalm
bergaul dan kurang dapat memanfaatkan kemampuannya sehingga sering kurang
dihargai kawan-kawan sebayanya.[8]
Ciri Atau Karakteristik Umum Siswa Berbakat (gifted)
1.
Perbedaharaan kata yang kaya, kemampuan berbahasa yang tinggi, dan
keterampilan membaca di atas rata-rata.
2.
Pengetahuan umum yang kaya mengenai dunia
3.
Kemampuan belajar lebih cepat, mudah, dan mandiri dibandingkan teman-teman
sebayanya
4.
Proses kognitif dan strategi belajar yang lebih canggih dan efisien
5.
Fleksibilitas yang lebih besar dalam hal gagasan dan pendekatan terhadap
tugas
6.
Standar performa yang tinggi (kadang kala terlalu perfeksionis)
7.
Konsep diri yang positif, khususnya dalam kaitan dengan usaha-usaha
akademis
8.
Perkembangan sosial dan penyesuaian emosi diatas rata-rata (meskipun
beberapa siswa berbakat yang ekstrem mungkin mengalami kesulitan karena mereka
sangat berbeda dari teman-teman sebayanya).[9]
9.
Memiliki daya ingat jangka panjang (long
term memory) yang kuat.
10. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep
matematika dan/atau sains.
11. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
12. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang
lain.
13. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak,
dan dalam.
14. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau
persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang
lainnya.[10]
E.
Dasar Pertimbangan Untuk Pendidikan Anak Berbakat.
Meskipun Dasar falsafah dan kebijakan di Indonesia jelas menunjang
pelayanan pendidikan khusus bagi anak berbakat, akan tetapi cukup banyak juga
orang, termasuk pakar yang mempertanyakan perlunya hal itu. Mere berpendapat
bahwa jika anak yang betul-betul berbakat ia akan memenuhi kebutuhan
pendidikannya sendiri. Adapula yang beranggapan bahwa jika guru melakuklan
tugasnya dengan baik anak berbakat tidak perlu mendapat perhatian khusus,
berbeda dengan mereka yang menyandang ketunaan. Seakan-akan ada kekhawatiran bahwa
pelayanan pendidikan khusus bagi yang berbakat adalah tidak demokratis,
membentuk kelompok elite, dan merupakan pemborosan.
Dengan timbulnya permasalahan ini
dapat dikemukakan beberapa pertimbangan atau alasan (Rasional) mengapa
pelayanan khusus bagi yang berbakat perlu, yaitu :
1.
Keterbakatan tumbuh dari proses interaktif antara lingkungan yang
merangsang kemampuan pembawaan dan prosesnya. Pengembangan potensi bawaan ini
akan paling mudah dan paling efektif jika dimulai sejak usia dini.
2. Pendidikan atau sekolah hendaknya dapat
memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada semua anak untuk
mengembangkan potensinya sepenuhnya.
3. Jika anak berbakat dibatasi dan
dihambat dalam perkembangannya jika mereka tidak dimungkinkan untuk maju lebih
cepat dan memperoleh materi pengajaran sesuai dengan kemampuannya, sering
mereka, menjadi bosan, jengkel, atau acuh tak acuh.
4. Terhadap kekhawatiran bahwa
pelayanan pendidikan khusus bagi anak berbakat akan membentuk kelompok elite,
perlu dipertanyakan apa yang dimaksud dengan kelompok elite.
5. Anak dan reamaja berbakat merasa
bahwa minat dan gagasan mereka sering berbeda teman sebaya, hal ini dapat
membuat mereka merasa terisolasi dari yang lain.
6. Jika kebutuhan anak berbakat
dipertimbangkan, dan dirancang program untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
mereka sejak awal, maka mereka menunjukkan peningkatan yang nyata dalam
prestasi, sehingga tumbuh rasa kompetensi dan rasa harga diri.
7. Mereka yang berbakat jika diberi
kesempatan dan pelayanan pendidikan yang sesuai akan dapat memberi sumbangan
yang bermakna kepada masyarakat dalam semua bidang usaha manusia.
8. Dari sejarah tokoh-tokoh yang unggul
dalam bidang tertentu ternyata memang ada di antara mereka yang semasa kecil
atau sewaktu dibangku sekolah tidak kenal sebagai seorang yang menonjol dalam
prestasi sekolah, namun mereka berhasil dalam hidup.[11]
F.
Cara Mengenal Bakat Seseorang
Menurut sejarahnya usaha pengenalan bakat itu mula-mula
terjadi pada bidang kerja, tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan. Bahkan
dewasa ini dalam bidang pendidikanlah usaha yang paling banyak dilakukan. Dalam
prakteknya hampir semua ahli yang menyusun test untuk mengungkap bakat bertolak
dari dasar pikiran analisis faktor. Pendapat Guilford yang telah disajikan
dimuka itu merupakan salah satu contoh dari pemikiran yang demikian itu. Apa
yang dikemukakan oleh Guilford itu adalah hal (materi) yang ada pada
individu,yang diperlukan untuk aktivitas apa saja. Pemberian nama terhadap
jenis-jenis bakat biasanya dilakukan berdasarkan atas dalam lapangan apa bakat
tersebut berfungsi, seperti bakat matematika, bakat bahasa, olahraga, dan
sebagainya. Dengan demikian, maka macamnya bakat akan sangat tergantung pada
konteks kebudayaan dimana seorang individu hidup.
Sebenarnya setiap bidang strudy atau bidang kerja
dibutuhkan berfungsinya lebih dari satu faktor bakat saja. Suatu contoh misalnya
bakat untuk belajar difakultas teknik akan memerlukan berfungsinya
faktor-faktor mengenai bilangan, ruang, berfikir abstrak, bahasa, mekanik, dan
mungkin masih banyak lagi. Karena itu ada kecenderungan diantara para ahli
sekarang untuk mendasarkan pengukuran bakat itu pada pendapat, bahwa pada
setiap individu sebenarnya terdapat semua faktor-faktor yang diperlukan untuk
bebagai macam lapangan, hanya dengan kombinasi, konstelasi, dan intensitas yang
berbeda-beda. Karena itu biasanya yang dilakukan dalam diagnosis tentang bakat
adalah membuat urutan (Rangking) mengenai bakat pada setiap individu.
Prosedur yang biasanya ditempuh adalah :
1.
Melakuakan analisis jabatan (job analisis) atau analisis
lapangan study untuk menemukan faktor-faktor apa saja yang diperluka supaya
orang dapat berhasil dalam lapangan tersebut
2. Dari hasil analisis itu dibuat pencandraan
jabatan (Job Description) atau pencandraan lapangan study.
3. Dari pencandraan jabatan atau pencandraan
lapangan study itu diketahui persyaratan apa yang harus dipenuhi supaya
individu dapat berhasil dalam lapangan tertentu.[12]
G.
Gen dan Perbedaan Individual
Dalam penelitian mengenai sifat yang diwariskan
pengukuran terhadap fungsi intelektual biasanya menggunakan IQ (Intelegence
Quetion), atau skor IQ. Skor dalam sebuah test IQ mencerminkan bagaimana
hasil kerja seorang anak dibandingkan dengan anak lain yang berusia sama, atau
bagaimana hasil kerja orang dewasa dibandingkan dengan orang dewasa lainnya.
Skor rata-rata untuk setiap kelompok usia ditetapkan adalah 100.
Sebagian besar psikolog berkeyakinan bahwa tes IQ
mengukur suatu kualitas umum yang mempengaruhi kebanyakan kemampuan mental.
Meskipun demikian, tes IQ juga mendapat banyak kritik. Beberapa orang
berpendapat bahwa intelegensi memiliki banyak variasi, terlalu banyak untuk
dapat ditampung dalam sebuah skor tunggal. Beberapa orang lainnya berpendapat
bahwa tes IQ memilki penyimpangan budaya. Maksudnya, tes IQ yang ada kebanyakan
hanya mengukur kemampuan yang tergantung pada pengalaman yang diperoleh dilingkungan
kelas menengah dan lebih menguntungkan orang-orang kulit putih daripada
kelompok etnis lain.
Terlepas dari kualifikasi penting ini, kiranya jelas bahwa jenis
inteligensi yang menghasilkan skor IQ tinggi sangat dipengaruhi oleh faktor
heritabilitas sekitar 0,40.[13]
KESIMPULAN
Secara umum bakat adalah
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang. Dengan demikian sebenarnya seseorang memiloiki bakat (Aptitude)
dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai
dengan kapsitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan
inteligensi. Itulah sebabnya, seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas
atau (superior) atau cerdas luar biasa (Very Superior) disebut juga
Talented Child, yakni anak berbakat.
Secara umum, keberbakatan (giftedness)
didefinisikan sebagai kemampuan atau bakat yang sangat tinggi disatu atau lebih
bidang (misalnya, dalam matematika, sains, menulis kreatif, seni, atau musik)
sedemikian rupa sehingga sisbwa mwmbutuhkan layanan pendidikan khusus agar dapat mengembangkan potensinya itu
sepenuhnya.
Secara historis dinas pendidikan sebagian besar
mengandalkan tes intelegensi untuk mengidentifikasi siswa berbakat (anda juga
dapat menjumpai istilah gifted and talented sekaligus).
DAFTAR PUSTAKA
Carol Wade, Carol Tafris. 2007. Psikolog. Jakarta: Erlangga.
definisi-anak-berbakat-gifted-child%20adsd.htm
Jeanne Ellis Ormrod. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Mohammad Ali. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sarlito Wirawan Sarwon. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Syaiful Bahri Djamarah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Syamsu Yusuf LN. 2009. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:
Rosda Karya.
Utami Munandar. 2009. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
izin copy yaa hehee
BalasHapus